Bogordaily.net – Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menilai herd immunity atau kekebalan komunal terhadap virus corona (Covid-19) sudah terjadi di DKI Jakarta lantaran separuh warga DKI sudah terinfeksi Covid-19.
Miko menjelaskan, herd immunity dapat terjadi melalui dua faktor, yakni infeksi alami dan vaksinasi. Ia menambahkan, cakupan vaksinasi Covid-19 yang tinggi di DKI juga mendorong herd immunity cepat terjadi di Ibu Kota.
“Pada Maret 2021 kalau surveinya di DKI orang yang terinfeksi 45 persen. Nah, pada Juli, pada waktu badai Covid-19 dan Jakarta terserang oleh varian delta dan alfa prevalensi infeksi meningkat menjadi 60 persen,” kata Miko saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat 1 Oktober 2021.
Miko menyebut, banyaknya orang yang sudah terinfeksi Covid-19 di Ibu Kota menunjukkan bahwa mereka memiliki antibodinya sendiri. Selain itu, ia menilai vaksinasi di DKI memang lebih progresif dibandingkan provinsi lainnya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta per 30 September mencatat sebanyak 10.455.315 orang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona. Sementara 7.744.545 orang telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin Covid-19 di DKI Jakarta,
Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah provinsi DKI Jakarta dari total sasaran 8.941.211 orang telah menyentuh 116,9 persen dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua sudah berada di angka 86,6 persen.
“Jadi iya, Juli itu kemungkinan sudah herd immunity,” imbuhnya.
Namun demikian, Miko mewanti-wanti bahwa meski warga sudah menerima vaksin Covid-19 maupun memiliki antibodi sendiri pasca terpapar Covid-19, kemungkinan untuk kembali terpapar Covid-19 masih tetap ada. Dengan begitu, ia menilai lonjakan kasus Covid-19 di DKI masih bisa terjadi kapan saja, kendati saat ini kasus Covid-19 dan kematian mulai menurun.
Pada periode 1-7 September misalnya, jumlah kumulatif kematian Covid-19 di DKI berjumlah 80 kasus, atau rata-rata 11 kasus kematian dalam sehari. Kemudian selama kurun 8-14 September, kumulatif kasus kematian Covid-19 dalam sepekan turun menjadi 74 kasus, atau rata-rata 10 orang meninggal dalam sehari.
Selanjutnya pada 15-21 September, jumlah warga di DKI yang meninggal akibat Covid-19 turun menjadi 41 orang, atau apabila dirata-rata 5 orang per hari. Lalu pada periode 22-28 September kembali turun menjadi 24 kasus dalam sepekan, dan pada dua hari terakhir kasus kematian Covid-19 di DKI berjumlah 9 orang.
“Jadi tetap ada potensi penularan yang masif ya. Kalau kemudian kematian 10 kasus dalam sehari misalnya, itu menunjukkan seharusnya kasus positifnya 1.000 kasus, karena menurut saya tes dan tracing belum optimal, sehingga masih banyak kasus tidak ditemukan,” ujar Miko.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Juni lalu memberi target kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mewujudkan herd immunity terhadap Covid-19 di Ibu Kota pada Agustus 2021. Jokowi kala itu meminta Anies meningkatkan kapasitas vaksinasi di Jakarta hingga 100 ribu orang per hari.
Amanat Jokowi tak dibantah, Anies menyanggupi dan menargetkan 7,5 juta warga DKI akan mendapatkan vaksinasi Covid-19 selama Juli-Agustus. Anies kala itu juga menyanggupi rencana untuk menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada 100 ribu orang per hari.***
(cnn)