Bogordaily.net – “Enggak ngopi, enggak oyi” alias “tidak ngopi, tidak yes”. Istilah ini populer di kota Malang karena kopi sudah jadi kebutuhan masyarakat di sana. Kedai kopi di kota Malang pun kian menjamur.
Posisi kota Malang sebagai kota pendidikan dengan lebih dari puluhan ribu mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di kota Malang pertahunnya, menjadi magnet tersendiri bagi pengusaha kedai kopi.
Kondisi inilah yang akhirnya direspon oleh Grise Febrianto, pemilik kedai kopi Tjap Panorama.
Kalau kedai lain menghadirkan konsep tempat yang instagramable, serta nyaman dengan fasilitas wifi, maka jangan harap kamu bisa mendapatkannya di sini.
Tanpa adanya wifi harapannya para penikmat kopi tubruk bisa fokus berbincang dengan teman ngopi yang lain.
Konsep kaki lima dipilih oleh Grise sendiri bukan tanpa alasan. Ia merasa gelisah dengan maraknya fenomena kopi nusantara naik kelas, beberapa coffeshop lantas membuat budaya minum kopi sebagai pelengkap bisnis saja.
Hal inilah yang mengilhami konsep Warung Tjap Panorama hadir dengan kopi tubruk istimewa khasnya.
Meski kopi tubruk terkesan murahan, Grise tetap menjaga mutu kopinya dengan biji kopi pilihan dari daerah asalnya, Malang Selatan. Hampir semua menu dibanderol Rp10 ribu per porsinya.
Lewat warung kopinya, Grise bertekad mengembalikan kejayaan kopi tubruk ditengah eksistensi kopi trendi.
Enggak sulit menemukannya, Warung Tjap Panorama berada di jalan Borobudur dan berhadapan langsung dengan Pasar Blimbing, Malang.
Kamu bisa datang setiap saat karena Warung kopi Tjap Panorama buka selama 24 jam setiap harinya.***