Bogordaily.net– Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif menurunkan tingkat pengangguran, UMKM juga berperan dalam perkuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal itu dikatakan Asisten Deputi Pengembangan Rantai Pasok Usaha Mikro, Deputi Bidang Usaha Mikro, Kementerian Koperasi dan UKM, Sutarmo, pada acara Bimbingan Teknis Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (14/1).
Namun, di depan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara Suherman dan Public Affairs Manager Sumatra Territory PT Grab Teknologi Indonesia Teddy Firman Supardi, Sutarmo mengakui, sejak pandemi Covid-19, sangat berdampak terhadap kelangsungan perekonomian Indonesia, termasuk pelaku UMKM.
“Berkurangnya aktifitas masyarakat yang menyebabkan turunnya daya beli. Sehingga, omset para pelaku UMKM juga menurun drastis,” imbuh Sutarmo.
Hanya saja, lanjut Sutarmo, pengembangan usaha mikro melalui digitalisasi usaha dapat menjadi salah satu solusi meningkatkan penjualan produk di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
“Kebijakan berinteraksi jarak jauh  dalam rangka mengurangi penyebaran Covid-19 bisa dimanfaatkan pelaku usaha mikro untuk meningkatkan usahanya melalui pemanfaatan teknologi,” papar Sutarmo.
Menurut Sutarmo, pembatasan sosial masyarakat selama pademi Covid-19 meningkatkan ceruk pasar e-commerce, terutama pada sektor ritel dan grosir. Tercatat pada 2020, penjualan e-commerce meningkat 26% atau sebesar Rp36 triliun dibandingkan tahun 2019.
Selain itu, terdapat 51% konsumen baru yang pertama kali melakukan belanja secara daring saat diberlakukannya PSBB. Selanjutnya, jumlah pengguna e-commerce di Indonesia saat ini mencapai 129 juta pengguna, namun pelaku usaha yang go digital baru 13,7 juta (21%) dari total 64 juta pelaku UMKM.
“Hal ini merupakan peluang dan pangsa pasar yang sangat besar bagi para pelaku usaha,” tandas Sutarmo.
Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk mempercepat akselerasi tingkat adopsi digital bagi UMKM. Pemerintah menargetkan setidaknya sebanyak 30 juta UMKM bergabung pada platform digital sampai dengan tahun 2024.
“Hal ini tentunya tidak mudah. Tantangan yang dihadapi UMKM terutama terkait kesiapan baik dari sisi produk maupun SDM. Selain itu, upaya untuk meningkatkan literasi manfaat masuk ke ekositem digital dan inkubasi untuk mengakselerasi kesiapan UMKM perlu dilakukan secara intensif,” jelas Sutarmo.
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, tentunya diperlukan sinergitas dan kolaborasi antar stakeholders.
Salah satunya berkolaborasi dengan PT Grab Teknologi Indonesia untuk mengembangkan usaha mikro melalui teknologi digital yang sudah dilakukan sejak tahun kemarin.
“Itu bukti komitmen kami dalam pendampingan onboarding, maka dilakukanlah perjanjian kerjasama pada 2021,” imbuh Sutarmo.
Tak hanya itu, Kementerian Koperasi dan UKM pun terus membagikan dan mengembangkan empat hal penting kepada para pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
Diantaranya, pemberian literasi digital, mendorong dan membantu solusi untuk menyiapkan kapasitas produksi, mendorong peningkatan mutu dan kualitas produk, serta membuka akses pasar bagi para pelaku UMKM.
Sutarmo berharap, para pelaku usaha dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan dan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat untuk mendukung dan mengaplikasikannya dalam keseharian kegiatan berusaha.
“Kami juga terus menghimbau para pelaku usaha untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi pemerintah, sebagai upaya untuk mendorong dan perkuat tercapainya Herd Immunity nasional, dimana dibutuhkan 70% penduduk atau sekitar 181,5 juta penduduk Indonesia memperoleh vaksinasi,” ungkap Sutarmo.
Sementara itu, Public Affairs Manager Sumatra Territory PT Grab Teknologi Indonesia Teddy Firman Supardi menambahkan, KemenkopUKM dan Pemprov Sumut menjadi mitra strategis dalam mengembangkan UMKM.
“Kami juga banyak melakukan inisiatif strategi bersama. Terutama membantu penanganan pandemi dan juga mengembalikan kegiatan ekonomi di Sumut. Kita akan terus tingkatkan kolaborasi strategis seperti ini,” kata Teddy.
Menurut Teddy, Grab bukan hanya menjadi platform super-app terkemuka di Asia Tenggara. Grab juga telah bertransformasi menciptakan ekosistem bagi ekonomi digital bagi masyarakat Indonesia. Khususnya, bagi para mitra dan pengguna aplikasi Grab.
“Grab not just a ride hailing company. Tapi, Grab sudah berubah menjadi super-app digital economy company. “We have mobility services, deliveries, food and beverage, Grab for business, dan juga financial services,” ujar Teddy.
Teddy memberikan contoh bagaimana digitalisasi menjadi bridging towards social and economic mobility. Studi yang dilakukan pada 2019 menunjukkan bahwa hampir 40 merchant Grab dapat menambah 1-2 pekerja.
“Dampak ini tidak hanya dari sisi ekonomi, tapi lagi-lagi kita ditunjukkan bagaimana ekosistem ekonomi digital dapat perkuat pendorong mobilitas sosial,” tukas Teddy.
Teddy menyebutkan bahwa Grab sangat mengapresiasi kegiatan yang meningkatkan literasi para pelaku UMKM.
“Karena bagian penting dari pengembangan digitalisasi bukan hanya infrastruktur, tapi bagaimana kita meningkatkan dan perkuat kualitas pengetahuan para pelaku UMKM,” pungkas Teddy.***