Bogordaily.net–Kasus COVID-19 saat ini didominasi varian Omicron menggantikan varian Delta. Penularannya disebut sangat cepat dan menjadi penyebab penambahan kasus Corona di beberapa negara, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dikutip Detik.com dari laman CNBC, ada satu fakta yang tak kalah mengejutkan. Berdasarkan studi di Inggris, ternyata sebagian besar yang terinfeksi varian Omicron adalah mereka penyintas atau yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya.
“Kami mengamati tingkat infeksi COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya di Inggris pada Januari 2022 dan penggantian Delta ke Omicron,” tulis peneliti dalam Studi React Imperial College London dalam laporan yang dirilis Rabu, 26 Januari 2022.
ADVERTISEMENT
Studi ini menganalisis 100.607 hasil tes PCR di seluruh Inggris. Swab PCR dikumpulkan 5 Januari dan 20 Januari. Alhasil, 99 persen hasil positif adalah Omicron dan hanya 1 persen infeksi yang disebabkan oleh varian Delta.
ADVERTISEMENT
“Dua pertiga dari 3.582 peserta yang dites positif pada Januari melaporkan bahwa mereka telah dites positif COVID-19 di masa lalu. Lebih lanjut 7,5 persen dari peserta yang terinfeksi mengatakan mereka curiga mereka sebelumnya memiliki virus tetapi belum dikonfirmasi dengan tes,” tambah laporan tersebut.
Sebelum Omicron muncul, orang yang tertular virus dan sembuh memiliki “penawar” yang melindunginya dari infeksi ulang. Namun, kali ini sepertinya tidak terjadi pada Omicron.
“Tindakan lebih lanjut di luar vaksinasi mungkin diperlukan jika tingkat infeksi Omicron yang sangat tinggi tetap ada. Meskipun Omicron tampaknya secara intrinsik lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan penyakit parah,” jelasnya.
Sebelumnya pejabat kesehatan Inggris juga sempat menyebutkan hal yang sama pada Desember lalu. Bahwa risiko infeksi ulang dengan Omicron adalah 5,4 kali lebih besar daripada Delta.***