Bogordaily.net–Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi ancaman sebab bisa menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada International Journal of Cardiology, jumlah penderita gagal jantung di Indonesia adalah sebesar 5 persen dari total jumlah penduduk. Angka kematian karena gagal jantung di Indonesia juga tergolong tinggi.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FHFA, mengatakan gagal jantung adalah penyakit yang mengancam jiwa.
Gagal jantung terjadi ketika otot jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan darah dan oksigen pada tubuh. Penyakit ini bersifat kronis dan progresif.
“Gagal jantung ditandai dengan rawat inap berulang di rumah sakit yang tinggi karena perburukan penyakitnya. Jika tidak ditangani dengan baik, angka kematian global akibat penyakit ini diperkirakan dapat meningkat hingga lebih dari 23,3 juta kematian setiap tahun pada tahun 2030,” ujarnya dalam siaran pers yang dilansir dari Suara.com.
Risiko gagal jantung meningkat pada kondisi hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, riwayat keluarga dengan kardiomiopati, paparan toksin, penyakit jantung katup, gangguan fungsi tiroid, rokok, sindrom metabolik.
Berdasarkan data registri gagal jantung Pokja menunjukkan kontribusi terbanyak sebagai penyebab gagal jantung di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes.
Sementara itu, faktor risiko tambahan seperti obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, gaya hidup santai, dan obstructive sleep apnea.
Di Indonesia, berdasarkan pedoman tatalaksana gagal jantung yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) tahun 2020, terdapat 3 pilar utama pengobatan gagal jantung, yaitu RAS (renin angiotensin aldosteron) blocker, Betablocker, dan MRA (mineraloreceptor antagonist) sebagai lini pertama pengobatan gagal jantung kronik selama tidak ditemukan adanya kontrindikasi.
Di akhir tahun 2021, Pokja mengeluarkan tulisan ilmiah mengenai SGLT2-I yang direkomendasikan sebagai tambahan terapi pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVKi) kurang dari 40 persen yang telah menerima terapi standar gagal jantung untuk menurunkan angka kematian dan risiko rawat inap berulang akibat perburukan gagal jantung.
Tujuan dari pengobatan pada pasien gagal jantung adalah untuk menurunkan angka kematian, menurunkan angka rawat inap berulang di rumah sakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meskipun saat ini sudah tersedia beberapa pilihan terapi gagal jantung yang tersedia, masih ada kebutuhan besar yang belum terpenuhi untuk terapi dalam hal menurunkan angka kematian dan mencegah rawat inap berulang akibat gagal jantung tersebut.
“Setiap pasien gagal jantung harus menjalani pengobatan yang optimal sesuai dengan bukti ilmiah dengan melihat profil dari masing-masing pasien. SGLT2i merupakan salah satu regimen terapi terbaru pada gagal jantung,” tambah dr. Siti Elkana Nauli.
Sementara itu Ketua PP PERKI Dr. dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, FAPSIC, FESC, FSCAI, menekankan peran PERKI dalam mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan terkait penyakit gagal jantung.
“Saya percaya bahwa penting sekali bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama secara berkesinambungan dalam upaya promotif, preventif, diagnosis, dan pengobatan untuk penanggulangan penyakit gagal jantung yang lebih baik,” terangnya.
Ia berpesan untuk mencegah gagal jantung bisa dilakukan sejak sekarang. Caranya, dengan memulai hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter tentang tatalaksana faktor risiko gagal jantung yang tepat.
Hal berikutnya yang penting kata dr. Isman adalah memeriksakan kesehatan jantung sejak dini terutama jika ada keluhan nyeri dada, berdebar, mudah capek, kaki bengkak atau sesak napas.
“Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah/kardiolog akan melakukan pemeriksaan jantung non invasif awal seperti ekokardiografi, holter atau treadmill test,” ujarnya.***
ilustrasi penyakit jantung, gagal jantung, serangan jantung. (Shutterstock)