Bogordaily.net –Â Kantor Nasional untuk Manajemen Risiko dan Bencana (BNGRC) telah merilis data dari daerah-daerah yang paling parah terkena dampak Batsirai. Badan itu mengungkap bahwa 71 orang yang tewas berada di distrik Ikongo, dekat pantai timur Madagaskar.
Diketahui, setidaknya ada lebih dari 110 ribu orang di negara itu yang kini membutuhkan bantuan darurat.
Direktur Jenderal BNGRC Paolo Emilio Raholinarivo menambahkan bahwa Batsirai, yang mendarat pada akhir pekan, telah menyebabkan 112 ribu orang membutuhkan bantuan darurat. Badai ini juga dikatakan telah memaksa 61 ribu orang untuk mengungsi dari rumah mereka dan 71 orang dinyatakan tewas.
Dampak luar biasa Batsirai turut diungkap oleh anggota parlemen, Brunelle Razafintsiandrofa. Kepada AFP, Razafintsiandrofa menggambarkan kondisi kotanya yang rusak parah, dengan para korban meninggal sebanyak 71 orang, setelah tertimpa runtuhan rumah.
“Di sini, kondisinya sangat hancur. Sebagian besar korban meninggal setelah rumah mereka runtuh,” kata Razafintsiandrofa, seorang anggota parlemen dari kota Ikongo, yang berbicara kepada AFP melalui telepon.
Pada saat yang bersamaan, banyak LSM dan badan-badan PBB telah mulai mengerahkan sumber daya dan tim untuk membantu para korban Batsirai,.
Prancis mengirim 60 pekerja darurat untuk membantu mendirikan fasilitas pemurnian air minum. Negara ini juga telah menerbangkan drone untuk menilai kerusakan di area-area di Madagaskar yang sulit dijangkau.
Palang Merah Prancis juga telah meluncurkan permohonan bantuan, mengerahkan 87 ton bantuan kemanusiaan dari fasilitasnya di Madagaskar dan pulau Reunion Prancis di dekatnya.
Topan tropis Batsirai menghantam Madagaskar pada Sabtu 5 Februari lalu, pada malam hari, di daerah pesisir timur sepanjang 150 kilometer. Meski awalnya menerjang daerah yang jarang penduduk, tetapi Batsirai mengembus dengan kuat, dengan kecepatan mencapai hingga 165 km/jam.
Badai ini dengan cepat bergerak ke daratan, memicu hujan lebar, dan membanjiri sekitarnya, termasuk sawah-sawah di pusat pertanian di negara itu. Imbasnya, muncul kekhawatiran akan adanya krisis pangan dan kemanusiaan di Madagaskar.
Para ahli Jerman telah tiba di Madagaskar, salah satu negara termiskin di planet ini.
“Para ahli datang untuk mendukung respons kemanusiaan di daerah-daerah bagian Batsirai yang terdampak,” kata BNGRC.
Sementara itu, pekerjaan sedang berlangsung di 20 jalan dan 17 jembatan yang terputus dan desa-desa yang terisolasi.
“Kami tahu pasti bahwa sawah, tanaman padi yang rusak, hilang.”
“Ini adalah tanaman utama bagi rakyat Malagasi dan mereka akan terkena dampak serius dalam ketahanan pangan dalam tiga hingga enam bulan ke depan jika kita tidak segera melakukan sesuatu,” kata Pasqualina DiSirio, direktur Program Pangan Dunia di negara itu.
Badan PBB itu juga mengatakan telah mendistribusikan makanan panas di Manakara, salah satu daerah yang paling terkena dampak.
Banyak organisasi bantuan, termasuk Action Against Hunger, Handicap International, Save the Children, dan Medecins du Monde, dikerahkan menjelang topan, mengatur peralatan dan obat-obatan.
Selain bantuan yang diberikan oleh pemerintah, mereka memberikan bantuan kepada para korban. Bantuan termasuk makanan, perawatan kesehatan dasar, peralatan dapur, selimut, hingga produk kebersihan.
Sekitar 77 persen dari 28 juta penduduk Madagaskar hidup di bawah garis kemiskinan, dan pukulan terakhir ini justru datang saat wilayah Selatan dilanda kekeringan parah. Menurut France24, bencana ini makin menjerumuskan Madagaskar menghadapi kelaparan, dengan satu juta lebih penduduk sudah dalam kondisi kekurangan gizi.
Sementara, diketahui, negara miskin itu masih berupaya bangkit setelah badai Tropis Ana menerjang akhir bulan lalu. Ana telah memberi dampak bagi sedikitnya 131 ribu orang di seluruh pulau itu, dengan 55 kematian terjadi di ibu kota Antananarivo.
Ana juga menghantam Malawi, Mozambik, dan Zimbabwe, menyebabkan puluhan kematian.***