Saturday, 23 November 2024
HomeBeritaKonflik Memanas, Berikut Alasan Rusia Mau Serang Ukraina

Konflik Memanas, Berikut Alasan Rusia Mau Serang Ukraina

Bogordaily.net–Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina  menyedot perhatian dunia. Ketegangan di perbatasan Ukraina ini memanas terlebih setelah Rusia mengerahkan ratusan ribu personel militer ke wilayah perbatasan.

Rusia diklaim akan menginvasi Ukraina dalam waktu dekat, bahkan disebut akan dilakukan, Rabu, 16 Februari 2022. Namun, belakangan tentara Rusia kabarnya ditarik dari perbatasan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyebut Rusia tak ingin perang dan hanya ingin negoisasi.

Meski demikian, sejumlah pihak termasuk Amerika Serikat tak percaya Moskow menarik mundur personelnya di perbatasan. Washington mewanti-wanti kemungkinan ancaman invasi Rusia ke Ukraina masih ada.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pihaknya masih belum memiliki bukti terverifikasi jika Rusia benar-benar menarik mundur pasukan mereka menjauhi Ukraina.

Lalu jika memang ingin menyerang Ukraina, apa alasan Rusia?

Seperti dikutip dari CNN Indonesia, Rusia mengerahkan tentaranya karena takut Kiev akan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bergabungnya Ukraina dengan NATO dinilai Rusia bisa mengancam eksistensi mereka. Sebab, Ukraina berbatasan dengan Rusia.

Di sisi lain, Amerika Serikat menuding penempatan pasukan Rusia di perbatasan ini sebagai bentuk rencana invasi. Namun, Moskow membantah. Seiring eskalasi yang terus meningkat sejumlah negara menggelar negosiasi tetapi tak menghasilkan apa pun.

Setelah Uni Soviet Runtuh, NATO pun memperluas pengaruhnya ke wilayah Eropa timur. Mereka berhasil merekrut negara-negara Eropa yang pernah berada di lingkungan komunis seperti Lituania, Latvia dan Estonia kemudian ada Polandia dan Rumania.

Keberhasilan itu semakin membuat NATO percaya diri untuk terus memperluas pergerakan mendekati Rusia. Blok ini diciptakan untuk melawan Uni Soviet.

Hingga pada 2008, mereka berencana merekrut Ukraina, meskipun dinilai prospek itu terlalu jauh. Putin pun menyebut ekspansi NATO sebagai ancaman. Selain itu prospek Ukraina yang akan bergabung dengan blok itu juga dinilai mengancam eksistensi negaranya.

Putin menegaskan Ukraina dan Belarus bagian dari Rusia secara budaya dan sejarah. Dia bahkan memegang kendali besar atas Belarus dan terus melakukan pembicaraan soal reunifikasi yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Namun konflik dengan Ukraina meletus pada awal 2014 yang memicu hubungan Timur-Barat memburuk. Bahkan saat itu, protes massal terjadi di Ukraina, dan presiden yang bersekutu dengan Putin disingkirkan. Rusia lalu menginvasi dan mencaplok Crimea, wilayah perbatasan Ukraina serta mendukung kelompok separatis yang ada di Donbas.

Pada 2015, kedua negara sepakat gencatan senjata di Donbas, Ukraina. Kedua belah pihak saling menuduh melanggar perjanjian dan tak sepenuhnya melaksanakan kesepakatan itu.

Selama memimpin Rusia, Putin disebut sangat menjaga dan ingin menarik Ukraina ke orbit Rusia.

Sementara itu, Selasa, 16 Februari 2022, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan sejumlah dampak besar yang bakal dialami Rusia jika menginvasi Ukraina.

“Jika Rusia memutuskan untuk menyerang, itu juga akan memiliki konsekuensi di dalam negeri,” kata Biden dalam pidato Biden di Gedung Putih, dikutip seperti dikutip CNN.

Salah satu dampak yang bakal dialami adalah harga energi yang bakal melonjak tinggi.

“Saya tidak akan berpura-pura ini tidak akan menyakitkan,” kata Biden.

Selain itu, jika Rusia menargetkan orang Amerika, Biden memastikan akan mengambil respons cepat dan tegas.

“Jika Rusia menyerang Amerika Serikat atau sekutu melalui cara asimetris, seperti serangan siber yang mengganggu terhadap perusahaan kami atau serangan kritis. infrastruktur, kami siap untuk merespons,” kata Biden.

Jika Rusia tetap menginvasi Ukraina, Biden juga menyebut Rusia akan mendapatkan kecaman dari dunia Internasional.

“Jika Rusia menyerang dalam beberapa hari dan minggu ke depan, korban jiwa bagi Ukraina akan sangat besar. Dan kerugian strategis bagi Rusia juga akan sangat besar. Dunia tidak akan lupa bahwa Rusia memilih kematian dan kehancuran yang tidak perlu,” jelasnya.

Selain itu menurut Biden, dengan menyerang Ukraina terbukti menjadi luka yang ditimbulkan sendiri. Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya akan merespons dengan tegas.

“Barat bersatu dan bersemangat. Hari ini, sekutu dan aliansi NATO kami bersatu dan bertekad seperti sebelumnya,”  lanjutnya.

Ia pun menegaskan bahwa Amerika Serikat bukan musuh bagi Rusia.

“Biarkan saya memperjelas apa yang tidak kami lakukan: Amerika Serikat dan NATO bukanlah ancaman bagi Rusia,” tegasnya. Ia juga memastikan bahwa AS dan juga NATO tidak memiliki rudal di Ukraina.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here