Bogordaily.net–Ketegangan di Ukraina belum berakhir. Sabtu, 19 Februari 2022, para pemimpin separatis pro-Rusia di timur Ukraina mengumumkan mobilisasi militer skala penuh.
Dalam sebuah video, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kepala Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin mengatakan dia telah menandatangani dekrit mobilisasi pasukan dan meminta warga “yang mampu angkat senjata” untuk datang ke komisariat militer.
Donetsk merupakan salah satu wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Rusia. Wilayah itu menjadi salah satu titik panas konflik berdarah pasukan Ukraina dan kelompok separatis selama ini.
Sementara itu, pemimpin separatis Republik Rakyat Luhansk, Leonid Pasechnik, juga telah meneken dekrit serupa seperti dikutip Reuters.
Pengerahan pasukan ini terjadi sehari setelah Donetsk dan Luhansk terus bergolak. Sejumlah serangan hingga bom mobil terjadi di dua wilayah separatis itu pada Jumat, 18 Februari 2022 hingga memicu sirene darurat berbunyi.
Para kelompok separatis telah menuding pasukan pemerintah melancarkan serangan terhadap mereka. Pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky membantah telah melancarkan serangan.
Tak lama setelah kekacauan berlangsung, pemimpin separatis Donetsk dan Luhansk juga mengumumkan akan mengevakuasi hingga 700 ribu warga ke Rusia menggunakan bus-bus. Pihak berwenang mengatakan setidaknya 7.000 warga telah dievakuasi dari Donetsk hingga Sabtu pagi.
Sebagian besar warga Donetsk dan Luhansk lebih fasih berbahasa Rusia dan secara budaya memang lebih dekat kepada Moskow. Banyak warga di dua wilayah separatis Ukraina itu pun telah diberikan kewarganegaraan oleh Rusia.
Sementara itu, militer Ukraina mengatakan telah mencatat 12 pelanggaran gencatan senjata oleh separatis pro-Ukraina di dua wilayah itu.
Intel militer Ukraina bahkan menyebut Rusia telah menerjunkan pasukan khusus ke wilayahnya di bagian timur itu dan menanam bom di sejumlah fasilitas publik.
“Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengacaukan situs di wilayah yang diduduki sementara di negara kita dan menciptakan alasan untuk menuduh Ukraina melakukan tindakan terorisme,” kata Intelijen Pertahanan Dinas Keamanan Negara Ukraina melalui kicauan Twitter pada Jumat, 18 Februari 2022.***