Bogordaily.net – Gangguan kesehatan mental bisa menyerang siapa saja dari segala kelompok usia, bahkan termasuk anak-anak. Sayangnya mendeteksi gangguan mental pada anak lebih sulit dilakukan sebab mereka terkadang belum begitu pandai mengutarakan isi hatinya.
Untungnya, ada pilihan bagi orang tua dalam hal mencari bantuan untuk anak, sehingga tidak perlu memaksa anak untuk membuka semua ceritanya.
Salah satu pihak netral yang bisa menjadi pilihan adalah seorang terapis. Mereka menawarkan bantuan dan memberikan anak kesempatan untuk didengar.
Namun orang tua juga kembali bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat untuk membawa anak ke terapis. Nah mengenai hal itu, berikut tiga tanda yang bisa dijadikan acuan seperti yang dikutip Indozone dari laman Mayo Clinic, Senin 28 Februari 2022.
1. Anak Sering Menantang
Salah satu tanda paling umum bahwa anak mungkin memerlukan konseling dengan terapis adalah jika ia mengalami masalah perilaku, baik di dalam maupun di luar rumah.
Orang tua melihat terjadi perubahan besar dalam diri anak di mana mereka jadi lebih cenderung suka mendebat, mengeluh, dan defensif, bahkan atas permintaan atau percakapan terkecil sekali pun.
Seringkali, perilaku tersebut adalah tanda anak sedang mengalami gangguan mental dan butuh bantuan.
2. Melakukan Sesuatu di Luar Kebiasaan
Mirip dengan perubahan perilaku, perubahan minat dan kebiasaan anak sehari-hari dapat menandakan bahwa ia mungkin sedang dalam masalah dan memerlukan konseling.
Paling umum adalah perubahan signifikan dalam hal makan, tidur, dan minat pribadi.
Jika perubahan ini berlangsung lebih dari dua minggu, pertimbangkan untuk menjadwalkan pemeriksaan dengan terapis atau dokter anak.
3. Kekhawatiran dan Kesedihan yang Berlebihan
Mungkin ini menjadi tanda yang paling langsung dan jelas dari keseluruhan tanda lainnya. Kekhawatiran dan kesedihan yang berlebihan adalah tanda-tanda pasti bahwa ada yang tidak beres dengan mental anak sehingga mereka membutuhkan bantuan.
Meskipun kekhawatiran dan kesedihan bisa menjadi normal bagi anak-anak, terutama selama transisi dan perubahan hidup. Penting untuk juga memerhatikan ketika emosi ini menjadi berlebihan, seperti mulai menguasai fisik dan pikiran anak.***