Bogordaily.net–Pawang hujan menjadi perbincangan usai gelaran MotoGP Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu setelah sang pawang hujan, Rara Isti Wulandari melakukan aksinya menghentikan hujan di gelaran akbar MotoGP Mandalika. Pro kontra pun mewarnai jagat dunia maya.
Terlepas dari itu, nyatanya pawang hujan merupakan bagian budaya yang telah ada sejak lama di nusantara. Tak hanya di Indonesia, tradisi serupa juga ada ada di negara-negara dengan budaya serupa. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini negara-negara yang memiliki tradisi pawang hujan:
Thailand
Thailand merupakan negara tropis dengan curah hujan yang melimpah setiap tahunnya. Senada dengan Indonesia, Thailand ternyata memiliki tradisi populer untuk ‘mencegah dan menghentikan’ turunnya hujan yang cukup unik, yakni dengan menancapkan sebatang serai secara terbalik ke tanah oleh seorang gadis perawan. Dengan begitu, dipercaya hujan akan berhenti. Tradisi dan kepercayaan ini sudah ada di Thailand sejak berabad tahun lalu.
Afrika Selatan
Di Afrika Selatan, tukang pengusir dan pemanggil hujan di sana berasal dari Suku Pedi. Sang pawang hujan disebut dengan “Moroka”. Tradisi pawang hujan di Afrika Selatan dilakukan dengan memberikan uang atau persembahan kepada Moroka agar dapat memilih awan yang menghasilkan hujan. Semakin besar persembahan yang dikeluarkan, maka hasilnya pun akan lebih bagus.
Benda-benda yang biasa digunakan Moroka untuk memanggil hujan adalah tanduk ajaib yang ditempatkan di gua, bir dan jagung.
Prosesi ritualnya yakni anak gadis dan laki-laki perjaka bersama para tetua dengan memukul-mukul tongkat ke tanah sambil berteriak “pula, pula, pula” atau ‘hujan, hujan, hujan’ beberapa kali.
Di sisi lain, untuk menolak hujan, dahulu Suku Pedi menggunakan kulit dahi sapi. Namun, belakangan diganti jadi sepatu kulit dahi sapi. Benda itu akan dibawa perempuan tua sepanjang upacara.
Nah, ketika upacara selesai, perempuan tersebut bisa melepas sepatu tersebut dari punggungnya. Para penduduk berkata bahwa sesaat setelah sepatu dilepas, hujan akan mulai turun.
Jepang
Teru teru bozu di Jepang berfungsi seperti pawang hujan. Boneka kecil ini terbuat dari kertas atau kain putih yang diikat dengan tali lalu digantung di jendela. Menggantung boneka teru teru bozu dipercaya dapat memanggil cuaca cerah keesokan harinya. “Teru teru” sendiri artinya bersinar “Bozu” adalah biksu Buddha.
Konon, teru teru bozu awalnya berasal dari Tiongkok pada periode Heian. Legenda menyebut, teru teru bozu awalnya adalah seorang gadis yang membawa sapu yang diyakini akan menyapu awan karena menyelamatkan kota dari amukan badai besar. Teru teru bozu juga bisa untuk memanggil hujan. Cukup dengan menggantung bonekanya dalam keadaan terbalik, konon hujan bisa turun.
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga pernah memakai pawang hujan saat menggelar Festival Teater Ibero-Amerika. Dalam festival yang digelar di area outdoor tersebut, menghadirkan ratusan perusahaan teater, grup tarif, dan musisi dari sejumlah negara Kolombia. Tak mau acara menjadi tersendat karena hujan, pihak penyelenggara pun memutuskan menyewa jasa pawang hujan bernama Jorge Eilas Gonzales. Ia merupakan petani kopi dan pawang hujan dari pemerintah Kolombia yang melakukan ritual dengan menggabungkan unsur Kristen dan nenek moyang tradisi.
India
Di India memiliki sebuah ritual khusus untuk mendatangkan hujan yang dilakukan sebelum musim hujan datang. Namanya Varuna Yajna. Ritual ini dilakukan untuk memuja dan menyenangkan dewa air agama Hindu, Varuna yang dipercaya bisa mendatangkan hujan. Indiaherald.com melaporkan orang India percaya jika hujan turun berarti adalah sebuah keberuntungan, jika curah hujan rendah, mereka menganggap dewa sedang marah. Â Semua itu dilakukan untuk memuliakan sang dewa agar merasa senang, sehingga hujan turun dan tidak ada kekeringan.***