Sunday, 24 November 2024
HomeBeritaManfaat Tertawa Hingga Keluar Air Mata Bagi Kesehatan Mental

Manfaat Tertawa Hingga Keluar Air Mata Bagi Kesehatan Mental

Bogordaily.net–Sebagian orang mungkin bisa tertawa hingga mengeluarkan air mata. Bukan berarti menangis, tertawa hingga keluar air mata sebenarnya hal yang wajar. Bahkan, secara psikologi disebutkan kalau tertawa hingga mengeluarkan air mata bermanfaat bagi kesehatan mental.

“Ada manfaat menangis dan tertawa. Jadi, ketika melakukannya bersama-sama, kita mendapatkan manfaat dari keduanya. Tetapi biasanya tanpa kesedihan yang dapat menyebabkan menangis,” kata pakar psikologi perilaku dan ilmuwan utama di The Uncertainty Experts Katherine Templar Lewis dilansir Suara.com dari Metro.

Ia menjelaskan bahwa saat menangis, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit. Sehingga tubuh terasa jadi agak membaik juga bantu mengatur dan memproses emosi.

Di sisi lain manfaat tertawa bisa menurunkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Tertawa juga akan memicu pelepasan endorfin kimiawi yang sama.

“Penurunan hormon stres ini bisa sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh kita dan bahkan jantung. Menangis dan tertawa menghilangkan stres, jadi melakukan keduanya bersama-sama mendapat manfaat ganda,” kata Katherine.

Akan tetapi, menurut Katherine, kebanyakan orang akan makin jarang tertawa hingga mengeluarkan air mata seiring bertambahnya usia mereka. Jumlah tertawa ketika masih anak-anak dan setelah dewasa sangat jauh berbeda.

“Anak-anak tertawa sekitar 400 kali sehari. Sebagai orang dewasa, kita hanya tertawa hingga 20 kali sehari,” ujarnya.

Kondisi itu disebabkan karena faktor norma, harapan sosial, serta budaya yang harus disalahkan. Katherine menyampaikan, pandangan masyarakat mengenai emosi yang tidak terkendali, seperti tertawa, tidak pantas ditunjukkan atau berarti menampilkan semacam kelemahan emosional.

“Bisa juga karena kita takut orang mungkin mengira kita menertawakan mereka jika tidak terlibat dalam lelucon, atau memahami apa yang Anda anggap lucu,” sambung Katherine.

Alasan-alasan itu ditambah dengan tekanan umum karena bertambahnya usia, memiliki tanggung jawab, dan harus menjaga diri sendiri mendorong kebanyakan orang memiliki lebih sedikit kesempatan untuk tertawa.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here