Bogordaily.net– Buntut aksi pembantaian di Bucha, Ukraina, puluhan diplomat Rusia diusir negara-negara Uni Eropa. Hal tersebut dilakukan di tengah meningkatnya kemarahan atas konflik Ukraina.
Dilansir dari CNN Indonesia, dalam waktu 48 jam terakhir setidaknya lebih dari 200 utusan dan staf Rusia yang diusir dari negara mereka. Setelah Jerman dan Prancis mengumumkan pengusiran 75 diplomat Rusia, giliran negara-negara lain termasuk Italia, Spanyol dan Slovenia melakukan hal serupa.
Pengusiran tersebut mereka lakukan karena mereka menuduh diplomat itu sebagai mata-mata Rusia. Selain itu, pengusiran juga dilakukan atas alasan keamanan nasional.
Pengusiran juga dilakukan setelah sejumlah negara mengecam pembunuhan warga sipil Ukraina di Kota Bucha, dekat Kiev. Kecaman mereka arahkan terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina sejak sebulan lalu.
Moskow telah menolak tuduhan bahwa pasukan mereka bertanggung jawab atas pembantaian itu. Mereka menyatakan video dan gambar yang menunjukkan sejumlah mayat warga sipil Ukraina itu palsu dan diarahkan untuk menjatuhkan Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pengusiran massal diplomatnya adalah langkah picik.
“Itu mempersempit peluang untuk komunikasi diplomatik dalam lingkungan krisis yang sulit yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah langkah picik yang akan semakin memperumit komunikasi kita, yang diperlukan untuk menemukan solusi,” katanya.
Ia mengatakan negaranya tak akan tinggal diam dengan pengusiran itu dan akan melakukan langkah-langkah pembalasan.
Sebelumnya diberitakan di Bucha, sebuah kota yang terletak sekitar 30 kilometer di utara Motyzhyn, mayat warga sipil juga banyak ditemukan berserakan di jalan-jalan. Tak hanya itu sejumlah kuburan masal yang memicu tuduhan kejahatan perang terhadap Rusia juga banyak ditemukan di daerah itu.
Tak hanya itu Wali Kota Motyzhyn, Ukraina, Olga Sukhenko beserta suami, putranya, beserta lima warga sipil tewas mengenaskan. Mereka ditemukan dalam kondisi tangan terikat di sebuah desa sebelah barat Kiev diduga usai dieksekusi pasukan Rusia.
Mayat para korban dalam kondisi setengah terkubur di sebuah kuburan di hutan pinus yang berbatasan dengan rumahnya di Motyzhyn.
Olga Sukhenko bersama suaminya dan putra mereka, diculik oleh pasukan Rusia pada 24 Maret.
Menurut warga, penculikan dilakukan setelah wali kota Wali Kota Motyzhyn dan suaminya itu menolak untuk bekerja sama dengan pasukan invasi Rusia.
Sebelum penculikan Olga, nasib serupa juga menimpa wali kota Melitopol pada 11 Maret lalu Ia diculik di Ukraina selatan oleh pasukan Rusia tetapi dibebaskan setelah beberapa hari.
Presiden Volodymyr Zelensky murka ketika berkunjung ke Bucha, tempat kuburan massal korban Rusia ditemukan. Menurutnya Rusia memperlakukan manusia lebih buruk dari binatang.
“(Rusia) memperlakukan manusia lebih buruk dari binatang,” ujar Zelensky kepada wartawan seperti dilansir CNN.
Zelensky mempertanyakan kembali nasib perundingan damai dengan Rusia setelah melihat kekejian pasukan Negeri Beruang Merah di Bucha.
“Sangat sulit bernegosiasi ketika kalian melihat apa yang mereka lakukan di sini,” sambungnya.
Meski demikian, kata Zelensky semakin lama perundingan dengan Rusia tertunda, situasi bakal kian parah. Dalam kunjungannya ke Bucha, kota itu menjadi sorotan karena temuan jasad-jasad bergelimpangan di jalan.
Para pejabat dan militer Ukraina menyaksikan pemandangan horor itu ketika mereka pertama kali memasuki sejumlah kota di sekitar Kyiv setelah pasukan Rusia hengkang.***