Bogordaily.net – Bagi para pecinta sepak bola Indonesia di era 1980-an, tentu sudah tak asing lagi dengan sosok kiper hebat bernama Ponirin Meka. Sebab ia adalah legenda bagi PSMS Medan dan Timnas Indonesia.
Sebab ia salah satu aktor di balik suksesnya PSMS merengkuh gelar di era Perserikatan ’80-an. Tidak hanya itu, ia juga sukses saat berseragam Timnas Indonesia senior. Beirikut adalah rangkuman perjalanan Meka dikutip dari beberapa sumber :
1. Awal Sepak Bola
Sejak kecil Ponirin hobi bermain bola dengan mengumpulkan bungkus daun pisang yang digulung untuk menjadi bola. Lalu Ponirin gabung dengan klub amatir PSSD yang merupakan anggota klub PSDS Deli Serdang pada 1976.
“Setahun kemudian dirinya dipanggil untuk memperkuat PSDS sebagai kiper utama dalam kompetisi Divisi I Perserikatan PSSI,” kata pemerhati PSMS, Indra Efendi Rangkuti, dikutip dari Indosport.
Penampilan yang gemilang bersama PSDS itu membuatnya hijrah ke Medan dengan bergabung dengan klub anggota PSMS Medan, PS Kinantan dan setahun kemudian Ponirin pindah klub Medan Putra (klub anggota PSMS), sehingga kemampuannya kian terasah.
Tak lama berselang, Ponirin gabung dengan klub Medan Utara (klub anggota PSMS) pada 1979. Bersama Medan Utara inilah bakatnya sebagai kiper yang andal mulai terasah dan matang, sehingga tampil gemilang dalam kompetisi antar klub anggota PSMS.
2. PSMS Medan
Karena kemampuannya tersebutlah yang mengantarkan Ponirin akhirnya menjadi kiper utama PSMS pada 1982, menggantikan Taufik Lubis yang pensiun sebagai pesepak bola.
Prestasinya yang fenomenal bersama PSMS adalah saat menjadi pahlawan dalam adu penalti melawan Persib Bandung pada Final Divisi Utama Perserikatan PSSI 1983 dan 1985.
“Pada final 1983 Persib gagal menjadi juara karena hanya dua eksekutornya yang mampu menjebol gawang PSMS yang dikawal Ponirin Meka yakni Bambang Sukowiyono dan Wawan Karnawan. Tiga penendang yang gagal adalah Giantoro, Adjat Sudrajat, dan Wolter Sulu,” sebut Indra.
Pada final Perserikatan edisi 1985, sebut Indra, PSMS kembali menghadapi Persib. Di babak adu penalti, Ponirin kembali menjadi pahlawan Ayam Kinantan.
“Eksekusi Iwan Sunarya, Adeng Hudaya, Dede Iskandar, dan Robby Darwis sukses dibendung Ponirin. Hanya Adjat Sudrajat yang sukses mencetak gol,” tambahnya.
3. Timnas Indonesia
Penampilan memukau bersama PSMS kemudian membawa Ponirin masuk Timnas Indonesia. Ponirin Meka memulai debutnya di Timnas di Merdeka Games 1984 yang dilatih oleh legenda PSMS Yuswardi.
Ponirin Meka waktu itu dipanggil bersama 3 rekannya dari PSMS yaitu Sakum Nugroho, Yusnik Adiputra, dan Reno Latuperissa. Walau gagal membawa Timnas juara, namun penampilan gemilang Ponirin mulai dipuji oleh media-media Asia.
“Ponirin Meka kembali menjadi kiper utama ketika Indonesia tampil menawan di Asian Games 1986 di Seoul, dengan melaju ke semifinal. Sayang Timnas kalah 0-4 dari tuan rumah Korea Selatan dan kalah 0-5 saat perebutan tempat ketiga melawan Kuwait,” kenang Indra.
Pemain yang dijuluki ‘Si Tangan Emas’ ini juga berhasil membawa Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta, usai di final mengalahkan Malaysia 1-0 dan selama turnamen ini Ponirin hanya kebobolan satu gol.
“Sebelum meraih emas SEA Games 1987, Ponirin Meka juga sukses membawa Timnas Indonesia Juara Piala Kemerdekaan 1987 setelah di final mengalahkan Aljazair 2-1,” ujar Indra.
4. Klub lain
Selain bermain bersama PSMS Medan, Ponirin Meka juga sempat bermain bersama Persijatim dalam nanungan klub Bina Taruna. Ia pindah tak lama usai membawa PSMS juara Perserikatan edisi 1985 yang beberapa tahun kemudian pensiun dari sepak bola.
“Saat ini beliau benar-benar sudah tidak tertarik lagi untuk berkecimpung dalam dunia sepak bola yang telah membesarkan namanya. Kini Ponirin bermukim di Deli Serdang dan menekuni profesi sebagai peternak sapi,” pungkas Indra.***