Bogordaily.net– Sri Lanka kembali rusuh di tengah situasi krisis yang terjadi. Dalam sebuah insiden, dua orang, termasuk seorang anggota parlemen dilaporkan tewas.
Seorang pejabat kepolisian mengatakan kepada AFP sebagaimana dilansir CNN Indonesia, dua orang itu tewas akibat satu insiden yang melibatkan salah satu anggota parlemen dari partai berkuasa, Amarakeerthi Athukorala.
Peristiwa bermula saat Athukorala melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang menghalangi mobilnya. Akibat tembakan itu, dua orang terluka. Salah satu di antaranya kemudian tewas akibat luka yang ia derita.
“[Anggota parlemen itu] kemudian bunuh diri dengan pistolnya,” kata pejabat kepolisian tersebut menanggapi Sri Lanka kembali rusuh.
Sementara itu, demonstrasi di Colombo pada Senin kembali berujung ricuh. Juru bicara Rumah Sakit Nasional Kolombo, Pushpa Soysa, melaporkan 138 orang dilarikan ke tempatnya bekerja karena terluka dalam demonstrasi.
Sebelumnya diberitakan di tengah kericuhan, Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Gotabaya Rajapaksa.
“Perdana menteri sudah mengirimkan surat pengunduran dirinya ke presiden,” ujar seorang pejabat Sri Lanka kepada Reuters.
Belum ada keterangan resmi, baik dari Mahinda maupun Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Mahinda merupakan adik kandung Gotabaya. Sejumlah pihak, termasuk demonstran dan anggota parlemen dari partai berkuasa, sudah mendesak Mahinda untuk mundur sejak krisis mulai membara bulan lalu.
Mahinda sempat menolak dengan dalih ia mengantongi dukungan parlemen pada akhir April lalu. Saat itu, ia menegaskan tak akan mengundurkan diri meski desakan warga kian besar.
“Mayoritas anggota parlemen menginginkan saya. Mungkin ada beberapa yang ingin saya mundur. Orang harus sabar mengatasi krisis ini,” ujar Mahinda saat itu.
Namun, masyarakat dan sejumlah anggota parlemen terus menuntut Mahinda mengundurkan diri. Tuntutan itu semakin nyaring setelah salah satu demonstran, Chamida Lakshan, tewas akibat tembakan polisi.
Salah satu mantan pendukung setia Gotabaya yang juga anggota parlemen Sri Lanka, Nalaka Godahewa, mengatakan bahwa presiden harus memecat perdana menteri. Menurut dia, pemerintah kehilangan kredibilitasnya usai polisi menembak salah satu pedemo itu.***