Bogordaily.net – Seringkali kita ikutan menguap saat melihat orang lain sedang menguap, bahkan walau sebenarnya kita lagi tidak terlalu mengantuk. Apakah hal itu menunjukan bahwa menguap itu menular?
Hal ini cenderung terjadi karena sulitnya menahan diri untuk tidak menguap saat mengantuk sebagai respon alami dari tubuh.
Tim peneliti dari University of Nottingham, Inggris, sebagaimana dilansir dari laman National Geographic, pernah mempelajari fenomena ini. Mereka memonitor perilaku 36 orang sukarelawan saat menyaksikan video orang lain menguap.
Pada percobaan pertama, partisipan diminta untuk nggak menguap saat menonton video. Percobaan kedua, instruksinya sama, tapi kepala mereka dipasang alat untuk menstimulasi saraf motorik dalam otak.
Ternyata semakin diberi rangsangan, semakin orang terdorong untuk meniru perilaku menguap. Ini menjawab dugaan awal bahwa memang respons menguap ada kaitannya dengan aktivitas motorik dalam otak manusia.
Temuan lain, semakin partisipan diminta buat menahan keinginannya menguap setelah nonton video, justru semakin mereka terdorong untuk menguap.
Peneliti juga menyebut penularan menguap ini sebagai echophenomena — atau perilaku meniru secara otomatis kata-kata atau tindakan orang lain. Echophenomena erat kaitannya dengan epilepsi dan autisme.
Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Biology tahun 2017, para ilmuwan menyebut dorongan untuk menguap ketika Anda melihat orang lain melakukannya disebut echophenomenon. Dengan kata lain, itu adalah tiruan otomatis dari orang lain.
Jenis echophenomena lainnya termasuk echolalia yaitu meniru kata-kata seseorang, serta echopraxia, yaitu meniru tindakan seseorang. Para peneliti mengamati 36 orang dewasa yang diminta untuk menonton klip video orang lain yang sedang menguap. Menggunakan stimulasi magnetik transkranial (TMS), para peneliti mengukur aktivitas otak peserta selama percobaan.
Artinya, semakin banyak aktivitas di area otak tersebut, maka semakin besar keinginan untuk menguap. Memang, ketika para peneliti menerapkan arus listrik ke bagian tersebut, keinginan untuk menguap meningkat.
Temuan ini mungkin mengimplikasikan pada gangguan neurologis tertentu, seperti sindrom Tourette, yang membuat seseorang sulit untuk menolak tindakan tertentu. Menguap yang bisa menular tidak hanya dialami manusia saja. Hewan seperti anjing dan simpanse, juga rentan terhadap fenomena tersebut.
Sementara itu, penelitian lain dari Universitas Baylor, menguap bisa menular karena seseorang menunjukkan empati dan sebuah ikatan. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences, mengamati 135 mahasiswa berdasarkan kepribadian mereka, serta bagaimana mereka bereaksi terhadap gerakan wajah yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa semakin sedikit empati yang dimiliki seseorang, maka semakin kecil kemungkinan mereka akan menguap setelah melihat orang lain menguap.***