Bogordaily.net– Pembalut saat ini digunakan kaum wanita saat menstruasi. Namun, tahukah Anda bahwa sejarah pembalut awalnya dibuat untuk lelaki. Ya, pembalut pertama kali ditemukan pada 1700 untuk tentara yang terluka dan mengalami pendarahan saat perang.
Ide pembalut pertama kali ini dicetuskan oleh Presiden AS Benjamin Franklin, yang berpikir butuh kain atau alat yang sangat menyerap dan bisa dibuang setelah digunakan. Mengutip Suara.com dari Channel News Asia, perempuan sudah menstruasi sebelum pembalut pertama ditemukan, mereka menggunakan berbagai macam bentuk pelindung menstruasi.
Selain menggunakan kain, pada sejarah pembalut, para perempuan di masa lampau akan melapisi pakaian dalam mereka dengan apapun yang murah dan melimpah.
Di China, perempuan membuat pembalut menstruasi dengan memasukan pasir ke dalam kantong kain dan membungkusnya dengan erat. Saat pembalut basah, pasir akan dibuang, kantong kain akan dicuci untuk siklus berikutnya.
Di beberapa wilayah juga disebutkan, beberapa perempuan menggunakan rumput dan lumut, yang lantas menimbulkan pertanyaan ancaman infeksi di area genital perempuan saat itu.
Anehnya pada 1700 hingga 1900-an di Eropa dan Amerika, perempuannya saat itu tidak menggunakan apapun untuk menstruasi. Disebut-sebut, ini terjadi karena kemiskinan ekstrem yang melanda sebagian besar penduduk.
Namun saat itu bagi yang mampu, mereka sudah menggunakan apapun untuk menahan aliran menstruasi. Mereka akan menggunakan pembalut rajutan, wol domba, hingga bulu kelinci.
Kemudian pada 1980-an pembalut pertama resmi dijual dan digunakan untuk para perempuan. Pembalut saat itu terinspirasi dari perawat Prancis yang menggunakan pembalut berisi bubur kayu penyerap untuk menghentikan pendarahan berlebihan di medan perang.
Pembalut pertama saat itu bermerek Lister’s Towels milik Johnson and Johnson, yang dirilis pada 1896. Namun, karena tidak banyak yang bisa membicarakannya, beberapa merek akhirnya sulit diiklankan atau dipasarkan.
Hingga akhirnya di 1921, Kimberly Clark menyiasatinya dengan meminta perempuan menyebut pembalut dengan Kotex yang merupalan kepanjangan dari tekstur yang seperti kapas. Hingga akhirnya nama itu identik dengan pembalut jingga saat ini.***