Bogordaily.net – Dinas Pendidikan Jawa Barat menggelar upacara serentak di Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni. Salah satunya, di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bandung.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi menjadi inspektur pada peringatan Hari Kelahiran Pancasila. Di depan ratusan siswa-siswi SMKN 1 Bandung, Dedi Supandi berbicara tentang masa depan bangsa Indonesia.
Menurut Dedi, bilamana pada 2045 mendatang, Indonesia memasuki generasi emas, maka pada momen itu peran dari siswa maupun siswi sangat dibutuhkan. Khususnya yang duduk di sekolah menegah, kelas X, XI, XII.
“Mungkin saat bapak/ibu guru kalian masih ada dan beberapa tidak ada, dan saat umur saya sudah 70 tahun. Artinya, negara akan berada di pundak kalian, akan ada Indonesia emas,” ujar Dedi Supandi, Rabu 1 Mei 2022.
Namun di balik itu, Dedi menilai, ada sejumlah tentangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila pada era digitalisasi ini. Di mana banyak informasi hoaks yang sulit dibendung, juga tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis.
Ancaman lainnya, yaitu terkait intoleransi, radikalisme dan terorisme.
“Termasuk tingkat kesopanan netizen yang hari ini kita paling terendah di Asia Pasifik, termasuk juga adanya intoleransi, radikalisme dan terorisme. Intoleransi ini adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap hak politik sosial seseorang,” paparnya.
Karena itu, Dedi pun mengajak setiap kepala sekolah dan cabang dinas untuk menciptakan inovasi dalam menerapkan tagline yang dapat dilaksanakan oleh setiap siswa. Di mana tagline tersebut dapat diterapkan dengan tema yang berbeda pada setiap hari.
“Misalnya di hari Senin, kita membuat lebih kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional jumlah tentang agama dan termasuk bagaimana menghargai orang tua,” katanya.
Di tingkat sekolah, pihaknya sudah menerapkan kurikulum Pencegahan dan Penanggulangan radikalisme dan kurikulum Anti Korupsi.
Selain itu, juga telah membentuk sekolah sekolah toleran, yang di dalamnya diajarkan kepada siswa dan siswi agar mampu memilah berita hoaks.
“Juga mampu memilih dan memilah tentang arti keberagaman termasuk kita mendidik mereka dengan jiwa Pancasila,” katanya.
Dedi menilai, Pembumian Pancasila pada pelajar mesti terus ditekankan. Hal ini agar terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang lebih baik.
“Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan di tingkat SD pola pola membumikan Pancasila dibentuk dalam permainan permain nyang sifatnya tradisional,” katanya.
Lebih lanjut, Dedi pun mengimbau kepada seluruh peserta upacara agar jangan terbawa oleh pemahaman yang akan merusak dan menghilangkan Indonesia.
“Saya bangga terhadap kalian, karena suatu saat kalian sukses itu adalah buah karya dari bapak ibu guru. Doa kami untuk siswa kalian adalah generasi penerus. Pesan saya, jangan terbawa pemahaman-pemahaman yang akan merusak dan menghilangkan Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Bandung Yani Heryani menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi kepada Kadisdik Jabar yang sudah ikut serta memberikan nuansa yang berbeda kepada siswa-siswi SMKN 1 Bandung. Terutama, untuk memotivasi anak-anak.
Dia menyampaikan, bahwa tantangan mereka ke depan sangat berat, tetapi Kadis Jabar percaya dengan proses yang ada di dalam pembelajaran ini.
Bangsa Indonesia optimis, bahwa mereka di tahun 2045 nanti itu akan menjadi generasi-generasi yang memang bisa bertanggungjawab untuk kemajuan negara
“Jadi saya senang dengan ungkapan pak Kadis Jabar, dan sangat memotivasi mereka. Saya yakin mereka akan lebih bergairah untuk belajar ketika tadi sudah disampaikan harapan-harapan dari kita srbagai orang tua dari mereka,” ujarnya.
Yani Heryani pun menambahkan, dengan semangat Hari Kelahiran Pancasila bahwa Kadis Jabar menyampaikan, bahwa disintegrasi bangsa itu akan terjadi apabila semua orang tidak berpegang teguh kepada idelogi Pancasila, dan itu suatu kebanggaan karena tidak semua negara memiliki ideologi seperti itu.
Indonesia memang banyak tantangan dari secara geografis, masyarakatnya juga sangat heterogen, agamanya berbeda-beda, jadi falsafah Pancasila ini tidak boleh hilang, tetapi harus tetap difahami oleh anak-anak apalagi dengan kurikulum merdeka sekarang.
“Tujuan akhir dari pendidikan itu kan menciptakan insan-insan memenuhi profil pelajar Pancasila. Jadi sangat relevan kegiatan Hari Pancasila ini memang harus dilakukan,” imbuhnya.
gibran