Bogordaily.net – Kebiasaan para nasabah bank dalam bertransaksi kini semakin berubah. Data terkini Bank Indonesia (BI) mengatakan, kini masyarakat semakin memilih transaksi online dibandingkan transaksi ATM.
Hal ini disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, yang menjelaskan, kini perkembangan transaksi berkembang pesat hingga perlahan mengubah gaya hidup masyarakat.
“[terutama] dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking,” kata Perry, dalam konferensi pers, beberapa saat lalu.
Pada awal tahun ini, data BI memperlihatkan, transaksi uang elektronik tumbuh 66,65% secara tahunan mencapai Rp 34,6 triliun.
Nilai transaksi bank digital juga naik 62,82% secara tahunan menjadi 4.314,3 triliun.
Mencairkan Pinjaman Online Atas Nama Korban. Meski mengalami peningkatan transaksi, saat ini transaksi melalui ATM, kartu debet dan kartu kredit sudah jauh tertinggal dibandingkan transaksi digital. Perry menyebut, transaksi pembayaran menggunakan ATM hanya tumbuh 14,39% yoy menjadi Rp 711,2 triliun.
Sedangkan transaksi melalui QRIS terus meningkat sejalan dengan akseptasi masyarakat baik secara nominal maupun volume masing-masing 290% yoy dan 326% yoy. “Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran serta menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran,” kata Perry.
Ditemui terpisah, Ketua Perhimpunan Bank Nasinal (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, meningkatnya transaksi digital menekan eksistensi ATM di masa depan.
“Tantangan bank sekarang adalah bagaimana mempensiunkan model lama contohnya ATM. Bagaimana dengan masa depan ATM, apakah masih relevan?akankah dihapus ketika tidak ada lagi transaksi transaksi tunai area publik?” ujar Kartika dalam Kartika dalam ‘side event’ G20 Indonesia “Casual Talks on Digital Payment Innovation”.
Terlebih, dengan perkembangan yang amat cepat ini, ia berharap bisnis acquiring perbankan (kerja dengan dengan pedagang dalam memproses data alat Pembayaran Menggunakan Kartu yang diterbitkan oleh pihak lain) semakin diperhatikan.
Alasannya tidak lain karena hampir semua bank memiliki bisnis acquiring dengan menggunakan POS (point of sales) dan EDC (electronic data capture). Pertanyaannya apakah hal ini tetap menjadi keunggulan kompetitif atau ini menjadi komoditas. ***
Sumber: suara.com