Friday, 22 November 2024
HomePolitikSindiran Rizal Ramli: Reshuffle Kabinet Ditengah Krisis Pangan

Sindiran Rizal Ramli: Reshuffle Kabinet Ditengah Krisis Pangan

Bogordaily.net – Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mempertanyakan sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengambil keputusan untuk diadakannya reshuffle kabinet.

Sebab, menurut Rizal Ramli, akan menjadi percuma apabila reshuffle kabinet para Menteri baru Jokowi tak memiliki pengalaman dan keahlian.

“Krisis pangan di depan mata, reshuffle solusinya,” sindir Rizal Ramli dikutip dari akun Twitter-nya @RamliRizal, Kamis, 16 Juni 2022.

Terlebih lagi, lanjut Rizal Ramli, para pembantunya yang terpilih itu ternyata diketahui hanya memiliki banyak kepentingan untuk masuk ke dalam jajaran kabinet Jokowi-Amin.

“Terlebih lagi, awak kapal itu ternyata diketahui memiliki banyak kepentingan,” pungkasnya.

Pemimpin yang karib disapa Jokowi itu tak bekerja sendiri. Ia dibantu banyak awak. Ada anak buah kapal, bagian kamar mesin, cleaning service, keamanan, koki yang meracik makan dan minum penumpang, dan sebagainya.

Namun, lacur tak dapat ditampik para penumpang bila para crew kapal tak memiliki pengalaman dan keahlian dalam menjalankan tugas. Terlebih lagi, awak kapal itu ternyata diketahui memiliki banyak kepentingan.

Misalnya, bagian kamar mesin yang ternyata memiliki track record buruk dalam menyelundupkan solar sebagai bahan bakar kapal guna mendapatkan cuan demi kepentingan pribadi.

Bagian keamanan yang berkonspirasi dengan pencuri. Kemudian, koki yang kurang mempersiapkan bahan makanan dan minuman bagi para penumpang.

Perjalanan masih panjang, logistik-pun kian menipis, dan para penumpang tak menyadari hal itu. Nah, itulah sebenarnya ilustrasi yang terjadi sekarang ini di Indonesia.

Ya, ancaman krisis pangan. Indikatornya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, luas panen padi pada 2021 yang mencapai sekitar 10,41 juta ha ternyata mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu ha atau 2,30 persen bila dibandingkan luas panen padi di 2020 yang sebesar 10,66 juta ha.

Produksi padi tahun 2021 sebanyak 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan produksi padi tahun 2020 sebesar 54,65 juta ton GKG. Artinya ada penurunan 233,91 ribu ton atau 0,43 persen.

Sementara, produksi beras tahun 2021 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,3juta ton, mengalami penurunan sebanyak 140,73 ribu ton atau 0,45 persen dibandingkan produksi beras di tahun 2020 yang sebesar 31,50 juta ton.

Lalu, merujuk pada prediksi Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi beras global tahun 2022/2023 akan susut 2,0 juta ton menjadi 702,7 juta ton. Diantaranya dipicu rendahnya stok awal di India.

Stok akhir beras di dunia diperkirakan susut 2,8 juta ton menjadi 183,4 juta ton pada 2022/2023. Angka itu anjlok 4,6 juta ton dari posisi rekor tahun 2020/2021.

Indonesia pernah diterpa badai besar yang bernama pandemic Covid-19 pada Maret 2020. Dampaknya, aktivitas masyarakat terbatas, ekonomi semakin menurun.

Namun, justru ekonom senior Rizal Ramli melihat hal itu sebagai kesempatan untuk membangkitkan perekonomian.

Rizal Ramli pernah menyarankan pemerintah untuk fokus menggenjot sektor pertanian selama pandemic Covid-19 dengan memberikan subsidi pupuk dan benih bagi para petani ketimbang memikirkan nasib Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang anggarannya mencapai lebih dari Rp 460 triliun.

Karena, dengan bertani resiko tertular virus asal Wuhan, China sangat kecil, lantaran pekerjaan itu dilakukan di alam terbuka dan selalu terkena terik matahari yang tentunya imunitas meningkat.

Setelah badai itu berlalu, dipastikan ketahanan pangan bisa stabil. Bahkan, pertumbuhan ekonomi bisa tinggi. Sumbernya dari ekspor bahan pangan yang berlimpah ruah.

Meskipun ada anggapan bahwa tidak semua komoditi pertanian cocok untuk ditanam di Indonesia, Rizal Ramli tetap tak memercayai argumentasi itu selama hal tersebut bisa dibuktikan secara ilmiah.

“Selama ini kita dicecoki ada tanaman yang tidak cocok ditanam di Indonesia. Israel itu negara gurun, tapi jadi penghasil buah di timur tengah,” ujar dia.

Oleh karena itu, Rizal Ramli menyarankan pemerintah untuk meningkatkan riset di bidang Agriculture, Agronomy, dan Agribusiness dengan melibatkan kampus yang memiliki fakultas pertanian seperti IPB dan Unpad.

Sikap optimis Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini berdasarkan fakta di beberapa Negara yang berhasil meningkatkan produksi pertanian.

Sayangnya, Rizal Ramli kapasitasnya sekarang ini hanyalah penumpang kapal. Setiap sarannya agar perahu tak karam dan bisa berlabuh di Pulau Harapan seolah tak didengar Sang Nakhoda. Atau kah Sang Pengemudi memang tak mampu mengoperasikan bahtera yang membawa lebih dari 270 juta penumpang?

Apakah karena adanya “Nakhoda” lain yang memang sengaja memengaruhi Jokowi untuk tidak melintasi rute Nawacita agar kita sampai di tempat tujuan? Atau memang ada konspirasi antara-Nakhoda dan perompak yang sengaja menyesatkan arah tujuan kita?***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here