Bogordaily.net – Terdapat beberapa nama yang lalu-lalang di berbagai pemberitaan media, terkait kandidat bakal calon Wali Kota Bogor. Lantas, siapa sosok yang dianggap layak memimpin Kota Bogor versi para tokoh penting?
Bogordaily.net membuat polling beberapa tokoh di Kota Bogor, dimana sosok kandidat bakal calon yang namanya telah beredar luas di masyarakat.
Seperti Dedie A. Rachim, Yane Ardian, Andri Amarald, Atang Trisnanto, Zaenul Mutaqin, Rino Indira, Sopian Ali Agam, Dadang Danubrata, Rusli Prihatevy, Jenal Mutaqin, Muzakkir dan Agustian Syah, adalah nama-nama kandidat bakal calon Wali Kota Bogor.
Salah satunya Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor menunjuk Atang Trisnanto untuk menjadi calon Wali Kota Bogor 2024.
Nama Atang Trisnanto cukup dikenal di kancah perpolitikan di Kota Bogor. Baliho Atang Trisnanto di beberapa wilayah di Kota Bogor sering kali ditemukan. Atang Trisnanto adalah Ketua DPRD Kota Bogor yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Atang Trisnanto lahir di sebuah kampung dari keluarga sederhana pada 15 November 1978. Atang merupakan buah hati pasangan Supeno Effendi dan Musiyah. Supeno sehari-harinya bekerja sebagai petani. Supeno tegas dalam mendidik anak.
Sementara Musiyah bekerja pedagang sembako kecil. Ia merawat dan mendidik Atang dengan kelembutan dan kesabaran.
Diketahui dalam perjalanan karirnya Atang Trisnanto juga pernah menduduki posisi sebagai Ketua Umum Gema Keadilan Kota Bogor (2012-2013), Pengurus DPP Himpunan Alumni IPB (2009-2013), Sekjen Gema Keadilan Kota Bogor (2008-2011), Direktur sekaligus pendiri Cendekia Muda Bogor (2004-2009), dan pendiri Komunitas Peduli Lingkungan Bogor (2003-2005).
Sebagai orang yang meyakini bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah perbuatan berdimensi sosial, yang dampaknya akan dirasakan masyarakat luas, Atang Trisnanto berusaha mengupayakan segala potensi yang dimilikinya dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar dengan memanfaatkan berbagai cara, seperti menuangkan gagasan dan pemikirannya melalui media dan forum-forum diskusi.
Beberapa kali tulisannya terlihat di surat kabar Radar Bogor dan Republika dalam kurun waktu 2002-2008.
Atang Trisnanto di tahun 2013, selain menulis buku Pangan Nusantara dan Kemandirian Bangsa, Anggota Majelis Wali Amanah IPB periode 2001-2002 ini juga menulis buku Perencanaan Pertanian Berbasis Produktivitas Pangan dan Kesejahteraan Petani.
Tak hanya aktivitas menulis, aktivis kampus pada masanya ini juga sering mengisi acara kajian, seminar, diskusi, dan pelatihan-pelatihan organisasi dan kepemimpinan.
Sebelum lulus kuliah, ayah dari empat anak ini berusaha mengurangi beban ekonomi orang tuanya dengan menjadi trainer manajemen dan kepemimpinan. Bahkan, sebelum di wisuda, ia menjadi asisten manajer di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang agroindustri di awal tahun 2003 sampai akhir 2004.
Masa Pendidikan Atang Trisnanto
Masa kecil hingga SMA dihabiskan bungsu dari tiga bersaudara ini di Banyuwangi. Pendidikan TK dan SD dijalaninya di TK Agung Wilis Gendoh dan SDN Kemiri III. Ia mengisi masa kecilnya dengan permainan tradisional alam pedesaan dan damainya suasana surau kampung.
Lulus SD ia melanjutkan pendidikan ke SMPN I Genteng-Banyuwangi pada tahun 1991-1994. Kemudian lanjut ke SMA Negeri I Genteng, Banyuwangi.
Prestasi akademik selama tiga tahun menempuh pendidikan di SMA membawanya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa melalui jalur tes. Ia masuk perguruan tinggi negeri bergengsi itu pada 1997.
Tradisi prestasi yang sejak SD digenggamnya terus dilanjutkan. Ia meraih gelar Sarjana Kehutanan dalam bidang keahlian Biometrika Hutan dengan IPK 3.40. Pada tahun 2015 berhasil meraih gelar Master Sains dari Magister Ilmu Ekonomi IPB.
Tak berhenti di situ, angkatan 34 IPB ini lantas melanjutkan pendidikan Doktoral pada Program Studi S3 Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan IPB pada tahun 2017.
Kehidupan masa kecil di pedesaan dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan, membuat penggemar sepak bola dan bulu tangkis ini terpacu untuk memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya.
Menurutnya, keberhasilan seseorang bisa diukur dari sejauh mana nilai manfaat keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Karenanya tak heran bila begitu banyak organisasi dan kegiatan sosial lingkungan yang ia geluti.
Selama kuliah di kampus rakyat IPB, rimbawan muda ini sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, pengabdian masyarakat, pelestarian lingkungan, dan kegiatan keislaman. Saat krisis ekonomi 1998, anak petani ini turut aktif dalam aksi reformasi 98 di tahun pertama masa kuliahnya.
Kurun waktu tahun 2001-2002, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kehutanan IPB ini terpilih sebagai Presiden Mahasiswa BEM KM IPB, puncak kepemimpinan organisasi kemahasiswaan kampus.
Hal inilah yang kemudian membawanya ke dalam dinamika perubahan sosial dalam skala nasional, sehingga di tahun yang sama dirinya didaulat sebagai Presidium BEM se Jabodetabek.
Dengan posisi ini, ia secara maksimal menyuarakan pembelaan terhadap kepentingan masyarakat dan advokasi terhadap kondisi ketidakadilan yang terjadi.*
(Ibnu Galansa Montazery)