Bogordaily.net– Saat menjamu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kremlin, Moskow, Kamis, 30 Juni lalu, Presiden Vladimir Putin menyinggung soal jasa atau bantuan Rusia terhadap Indonesia.
“Saya ingatkan kembali bahwa negara kami membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi republik muda di kancah internasional,” ujar Putin.
Ia juga mengatakan para spesialis, arsitek dan insinyur negaranya, berperan dalam membangun fasilitas infrastruktur transportasi dan industri besar, stadion, rumah sakit, dan institusi di Indonesia.
“Banyak di antara bangunan itu yang beroperasi hingga hari ini,” imbuhnya.
Lalu apa saja bantuan Rusia terhadap Indonesia?
Dikutip CNN Indonesia, Rusia yang saat itu masih Uni Soviet, turut berperan dalam pembangunan rumah sakit Persahabatan hingga Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.
Pada 1956-1962, Indonesia dan Rusia sedang dalam hubungan yang mesra. Tercatat, beberapa pejabat tinggi dan pemimpin kedua negara ini saling kunjung.
Kunjungan itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan peningkatan hubungan dan kerjasama di berbagai bidang termasuk berbagai proyek dan pasokan peralatan militer.
“Proyek-proyek pembangunan bantuan Uni Soviet untuk Indonesia seperti pembangunan Rumah Sakit Persahabatan, stadion Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, pembangunan jalan, jembatan dan lapangan terbang di sejumlah daerah di Indonesia,” demikian laporan dari situs resmi Kementerian Luar Negeri RI terkait hubungan RI dan Rusia.
Proyek pembangunan itu kemungkinan tak terjadi jika kedua negara ini tegang dan enggan saling kunjung.
Pada 1956, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melawat ke Uni Soviet untuk menandatangani kesepakatan bersama. Lima tahun setelahnya, ia kembali menyambangi Uni Soviet.
Pada 1957 pejabat tinggi Uni Soviet berkunjung ke Indonesia, dan pada 1960 Perdana Menteri Nikita Kruschev juga melawat ke Jakarta.
Peran Uni Soviet tak hanya berhenti di sektor infrastruktur. Dalam hal diplomasi mereka juga membantu Indonesia.
Uni Soviet menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia dari Belanda pada 1945. Kedua pemimpin negara ini disebut memiliki hubungan dekat.
Negara itu berulang kali menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghentikan agresi militer Belanda. Mereka juga mengimbau negara lain di dunia mengakui RI sebagai negara merdeka.***