Bogordaily.net– Kepolisian Brasil melakukan penggerebekan besar-besaran di daerah kumuh Rio de Janeiro pada Kamis, 21 Juli 2022. Dilaporkan 18 orang tewas dalam penggerebekan berdarah tersebut.
Penggerebekan besar-besaran tersebut melibatkan sekitar 400 polisi dan mengerahkan 10 kendaraan lapis baja. Tim taktis dari polisi sipil dan militer Rio de Janeiro menyerbu kompleks Alemao untuk melumpuhkan terduga kelompok kriminal.
Dilansir CNN Indonesia, polisi militer setempat dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters dilansir France 24 menyatakan kelompok itu dicurigai terlibat dalam pencurian kargo, perampokan bank dan merencanakan serangan ke daerah kumuh lawannya.
“Sedikitnya 18 orang tewas dalam serangan itu: seorang polisi, 16 tersangka kriminal, dan seorang wanita,” kata polisi tersebut.
Jumlah korban tewas dalam penggerebekan di Brasil yang luar biasa tersebut memicu kekhawatiran akan pelanggaran hak asasi manusia.
“Ada tanda-tanda pelanggaran hak asasi manusia besar, dan kemungkinan ini menjadi salah satu operasi dengan jumlah kematian tertinggi di Rio de Janeiro,” kata kantor pembela umum negara bagian itu dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu pasukan polisi negara bagian Rio tengah gencar melakukan penggerebekan di daerah kumuh kota. Bahkan, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendukung tindakan tegas terukur polisi dalam memerangi kejahatan yang terorganisir, dan mengatakan gangster harus mati seperti kecoak.
Setelah penggerebekan itu penduduk setempat terlihat berusaha menyelamatkan orang-orang yang terluka ke bagian belakang kendaraan untuk dibawa ke rumah sakit sementara polisi mengawasi.
Gilberto Santiago Lopes dari Komisi Hak Asasi Manusia Anacrim mengatakan polisi menolak membantu.
“Kami harus membawa mereka pergi dengan truk minuman, dan kemudian menandai penduduk setempat di mobil mereka untuk membawa mereka ke rumah sakit,” kata Gilberto.
Menurut Gilberto polisi tidak bertujuan untuk menangkap mereka melainkan untuk membunuh.
“Sehingga jika mereka terluka, mereka pikir mereka tidak pantas mendapatkan bantuan,” kata Gilberto lagi.
Warga sekitar pun marah dan membentak polisi atas peristiwa berdarah tersebut.
“Kami takut tinggal di sini,” teriak seorang warga setelah penggerebekan.***