Bogordaily.net – Kapolda Jawa Timur, Irjen. Pol. Nico Afinta buka suara terkait tragedi gas air mata yang ditembakan di Stadion Kanjuruhan. Ia menyebut anak buahnya melepaskan gas air mata karena Aremania sudah bertindak anarkis.
Suporter tuan rumah yang menyerbu turun ke lapangan mendapatkan respons dari pihak keamanan yang berusaha mengurai massa. Gas air mata akhirnya ditembakkan.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta berpendapat pihaknya telah menjalankan sesuai prosedur terkait penembakan gas air mata.
Nico mengatakan dari 42.288 penonton di tribun tak seluruhnya turun ke lapangan. Ia mengatakan ada sekitar 3.000 suporter tuan rumah yang merangsek.
“Hanya sebagian yaitu sekitar 3 ribuan yang masuk turun ke tengah lapangan. Sedangkan yang lainnya tetap berada di atas,” ucap Irjen Pol Nico Afinta.
Ia menyebut bahwa kerusuhan ini dimulai karena kekecewaan Aremania yang melihat timnya kalah.
“Permasalahan terjadi pada saat pertandingan telah selesai, di mana ada kekecewaan penonton [Aremania] melihat timnya yang tidak pernah kalah selama 23 tahun di kandang sendiri [melawan Persebaya] namun malam ini menelan kekalahan,” ungkap Nico.
Pihaknya berdalih gas air mata hanya diarahkan ke massa yang berusaha masuk ke lapangan. Namun, kepanikan justru terjadi kepada mereka yang masih berada di tribun untuk mencari jalur keluar karena pedihnya gas air mata.
“Itu pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan, supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan, ataupun mengejar para pemain dalam prosesnya itu, untuk melakukan upaya pencegahan sampai dilakukan gas air mata karena menyerang petugas, sudah merusak mobil, dan akhirnya kita semprotkan gas air mata,” terangnya.
Di situlah Nico menyatakan terjadi penumpukan di beberapa pintu yang menyebabkan 127 korban jiwa dan 180 orang luka-luka.
Kejadian ini merupakan peristiwa terkelam dalam sejarah sepakbola Indonesia. Sebelumnya, tak pernah pertandingan sepakbola di Indonesia mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.(*)