Tuesday, 26 November 2024
HomeBeritaJadi Doodles google! Inilah Sosok Raja Ali Haji, Bapak Bahasa Indonesia

Jadi Doodles google! Inilah Sosok Raja Ali Haji, Bapak Bahasa Indonesia

Bogordaily.net – Hari ini, Google Doodle menampilkan sosok pria berpeci dan berkacamata yang tampil pada halaman buku. Dia adalah Raja Ali Haji atau Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad. Berikut sosok Raja Ali Haji si Bapak bahasa Indonesia.

Dia adalah seorang sejarawan, cendekiawan, dan penulis terkenal yang memimpin kebangkitan sastra dan budaya Melayu pada abad ke-19 yang dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 2004.

Lalu, bagaimana sosok Raja Ali Haji bisa mendapat julukan Bapak Bahasa Indonesia?

Melansir situs Kemdikbud, Raja Ali Haji lahir di Selangor pada 1809, walau sebagian menyebut dia lahir di Penyengat pada 1803. Tahun kematiannya pun juga menjadi perdebatan.

Namun, sebagian besar meyakini, ia meninggal di Penyegat, Kepulauan Riau, pada 1972. Dia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabilillah, yang juga bergelar Pahlawan Nasional.

Saat masa remaja, Raja Ali menemani ayahnya dalam misi ke Jakarta dan ziarah ke Makkah. Keduanya adalah bangsawan Riau pertama yang mencapai prestasi ini, sebagaimana dikutip dari blog Google Doodle.

Saat berusia 32 tahun, Raja Ali menjadi bupati bersama Sultan muda dan akhirnya dipromosikan menjadi penasehat agama. Dalam peran ini, dia mulai menulis tentang bahasa, budaya, dan sastra orang Melayu.

Raja Ali Haji mendapat gelar Yang Dipertuan Muda di Kesultanan Riau Lingga. Dia memperoleh pendidikan yang layak seperti halnya anak-anak lain di istana.

Dia pun meningkatkan kemampuan literasinya. Bahkan dalam perjalanan ke Batavia dan Mekkah, Raja Ali Haji menuangkan pengalamannya dalam karyanya Tuhfat Al-Bafs.

Ia bahkan bersahabat dengan Hermann Von De Wall, seorang pekerja pemerintahan Hindia-Belanda yang bertugas menyusun kamus Bahasa Melayu-Belanda.

Raja Ali Haji membuktikan dirinya bukanlah seorang penulis Islam yang membenci Belanda. Dia merupakan guru alim yang bertekad untuk memajukan bahasa Melayu.

Dia menurunkan ego keningratannya dengan bekerja dan dibayar oleh Belanda. Bersama Von De Wall, ia berbagi minatnya terhadap Bahasa Melayu.

Raja Ali Haji mengumpulkan naskah-naskah Melayu Kuno bersama beberapa orang juru tulis yang ia bayar untuk menyalin kata-kata. Pemikirannya makin maju dengan menyatakan pentingnya mesin cetak untuk berhemat.

Proses penyalinan dengan tenaga manusia tentu saja lebih melelahkan dan butuh waktu lama sehingga membuat biaya penyalinan sangat mahal.

Raja Ali Haji menjadi penulis pertama kamus ensiklopedis bahasa Melayu ekabahasa berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa setebal 466 halaman pada 1858. Ia disebut sebagai penulis ensiklopedi pertama dalam bahasa Melayu-Indonesia.

Bahasa Indonesia kemudian ditetapkan sebagai bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Tak hanya terkenal dengan karya fenomenalnya Gurindam Dua Belas yang mengajarkan moral dalam hubungan sesama manusia dan manusia dengan Tuhan, ia juga melahirkan karya lain seperti Muqaddimah Fi Intizam (1887), Tsamarat Al- Muhimmah (1888), Tuhfat Al-Nafis (1865), Silsilah Melayu dan Bugis (1866), Tawarikh al-Sughra, Tawarikh al-Wusta, Tawarikh al-Kubra, dan syair-syair lainnya.

Pada 2004, Raja Ali mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas kontribusinya pada bahasa, sastra, dan Melayu, dan sejarah Indonesia. Karya yang paling terkenal adalah Tuhfat al-Nafis atau Precious Gift, yang dianggap sebagai sumber tak ternilai tentang sejarak Semenanjung Melayu. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here