Bogordaily.net – Tanggal 6 November 2022, akhir pekan lalu diluncurkan Peter Hari Coffee di Kedai Tempo.
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar menurut United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Service dalam laporannya “Coffee: World Markets and Trade”, Indonesia menempati urutan ke-6 negara-negara peminum kopi di luar Uni-Eropa. Konsumsi dunia secara umum juga meningkat apalagi pada masa pandemic.
Indonesia juga adalah produsen kopi terbesar di dunia dengan angka produksi 10,5 juta karung kopi (Berat satu karung adalah 60 kilogram) Meskipun dalam volume dan nilai masih lebih rendah dari tahun 2013, Industri kopi Indonesia menuju arah kenaikan sejak 2018.
Pertumbuhan ini menggembirakan bagi para pedagang kopi tetapi tidak bagi petani atau pekebun kopi. Petani kopi belum dapat menikmati kenaikan harga kopi karena tekanan harga dari pedagang yang ingin mendapatkan harga semurah-murahnya dari petani kopi. Para petani tidak dapat lepas dari sistim perdagangan yang tidak adil itu karena belum ada alternatif sistim lain yang lebih baik di tengah-tengah mereka.
Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan industri kopi yang cenderung meningkat tidak serta merta mengangkat secara signifikan derajat kesejahteraan pekebun kopi.
Petrus Hariyanto, salah seorang penyintas gagal ginjal dan aktivis demokrasi 1990, merasa penting untuk memperkuat lagi gagasan untuk menjembatani ekonomi perdagangan yang lebih adil antara produsen di wilayah pedesaan dengan konsumen di perkotaan. Petrus merasa inisiatif ini harus segera dimulai dan tidak perlu menunggu uluran tangan dari negara.
Setiap warga negara yang memiliki kemandirian dalam gagasan dan tindakan politik adalah modal awal minimal yang cukup untuk memulai gerakan tersebut secara partisipatoris bersama dengan warga yang lain.
Atas dasar itu, Petrus mengawali gerakan tersebut dengan membuat produk kantong kopi (Drip Coffee) dengan nama Peter Hari Coffee. Produk ini mengambil bahan baku kopi dari para pekebun kopi di dusun Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Para petani kopi di Sarongge adalah mantan petani sayur yang pernah menanam kebun sayur di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Perkebunan sayur di wilayah itu semakin meluas dan menimbulkan ancaman deforestasi.
Keadaan itu mengancam kelestarian dan keberlanjutan lingkungan Gunung Gede. Para petani sadar dan kemudian mereka berhenti menjadi petani sayur dan mulai menanami bekas lahannya seluas 38 hektar dengan pohon hutan sejak tahun 2008. Mereka mencari penghasilan dari pekerjaan lain termasuk menjadi petani kopi.
Petani Sarongge menanam tanaman kopi lebih dari sekedar menambah penghasilan tetapi ikut menginisasi upaya merawat hutan. Lahan yang dulu adalah kebun sayur telah menjelma menjadi pohon-pohon endemik setinggi 20 meter. Mereka juga memanfaatkan dengan baik izin perhutanan sosial yang diberikan negara untuk ditanami tanaman kopi. Mereka berharap kebun-kebun itu akan jadi kebun terakhir mereka. Inisiatif para petani Sarongge ini menular ke desa-desa lain dan mengikuti jejak untuk menjadi petani kopi yang juga merawat dan menjaga hutan.
Petrus menyadari bahwa inisiatif baik ini harus dirawat agar terus berkembang dan menular kepada petani-petani yang lain. Hal ini dapat dimulai dengan mengajak masyarakat yang peduli dengan kesejahteraan petani dan sadar tentang kelestrian lingkungan hidup untuk mendukung dan berpartisipasi membeli hasil panen para petani kopi tersebut secara langsung. Petrus mengharapkan dengan membuat kantong kopi ini maka sirkulasi ekonomi yang berkeadilan akan mulai tercipta.
Produk kopi kantong Peter Hari Coffee seri “Pembakar Semangat” adalah house blended kopi fine Robusta dan Arabica dari Sarongge. Tanaman kopi Robusta berasal dari dataran dengan ketinggian 900 di atas permukaan laut. Buah kopi dipilih secara selektif dan diolah dengan teknik natural atau dry process yaitu dengan menjemurnya secara langsung dan biji kopi dibolak-balik dalam kurun waktu tertentu secara berkala agar mendapatkan terpapar oleh sinar matahari secara merata. Buah kopi pada teknik ini masih dalam berbentuk ceri dengan lapisan yang akan mengelupas ketika mengering.
Sementara untuk biji Arabica diolah secara Full Wash yaitu buah kopi yang sudah dipanen akan difermententasi selama 12 jam. Air dari kaki gunung yang bersih membuat buah kopi arabica Sarongge menjadi lebih segar dan mengeluarkan rasa terbaiknya dari buah kopi yang ditanam. (*/gibran)