Bogordaily.net– Dolar Amerika Serikat (AS) saat ini langka. Tak hanya di Indonesia, kondisi serupa juga terjadi di negara lain.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, kelangkaan dolar AS ini sudah bisa diprediksi usai Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mulai menaikkan suku bunga acuannya.
Hal ini berimbas pada bank sentral di dunia termasuk Indonesia yang mulai ikut-ikutan menaikkan suku bunga acuannya.
“Sehingga ini mendorong arus balik dari beberapa negara emerging market termasuk Indonesia termasuk negara maju juga di Eropa dan sebagainya itu masuk kembali ke AS,” ujarnya dalam konferensi pers virtual sebagaimana dilansir Suara.com, Jumat, 18 November 2022.
Hal ini membuat pergerakan dolar AS perkasa terhadap mata uang negara berkembang maupun maju.
Dari data BI, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,09% (ytd) selama tahun 2022.
“Ini akhirnya menyebabkan adanya dolar shortage atau kelangkaan dolar di negara-negara emerging market termasuk negara maju,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menjelaskan, kuatnya posisi dolar AS dipengaruhi oleh kenaikan agresif Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
“Oleh karena itu, dampak kenaikan The Fed sangat kuat didorong dolar AS sangat strong terhadap berbagai mata uang dunia,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis, 17 November 2022.
Selain itu, menurut Perry, ketidakpastian global membuat investor masih pikir-pikir lagi buat melakukan investasi. Ditambah lagi, ketidakpastian itu membuat investor kembali menarik dananya di sejumlah negara.***
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV