Thursday, 28 November 2024
HomePolitikPolitisi Bogor Ramai-Ramai Pindah Partai, Ini Kata Pengamat Politik

Politisi Bogor Ramai-Ramai Pindah Partai, Ini Kata Pengamat Politik

Bogordaily.net – Sejumlah politisi di Bogor pindah partai. Lalu apa kata pengamat politik soal fenomena pindah partai yang dilakukan politisi Bogor?

Dua politisi Bogor yakni Asep Wahyuwijaya dan Muhammad Rizky pindah ke partai Nasional Demokrat (NasDem).

Pengamat Politik Universitas Djuanda, Gotfridus Goris Seran mengatakan bahwa, perpindahan sejumlah kader partai di Kabupaten Bogor menjelang pemilu 2024 disebabkan Party Identification (Party ID) yang lemah.

Menurutnya, faktor sosiologis ini menjadi salah satu hal yang penting untuk membentuk perilaku yang berorientasi pada perasaan kedekatan dengan partai partai politik.

“Hubungan emosional (yang lemah) antara kader dengan partai melalui penanaman ideologi partai, sehingga terbentuk identitas politik partai dan politikus yang masih lemah,” kata Gotfridus Goris Seran, Selasa 2 Mei 2023.

Selain itu, kata dia, salah satu penyebab anggota partai politik (Parpol) pindah ke Paprol lainnya disebabkan oleh kaderisasi partai yang kurang maksimal.

“Rekrutmen politik dan kaderisasi partai kurang menguatkan hubungan emosional antara kader dengan partai yang membesarkannya,” ujar Seran.

Kemudian, ia mengungkapkan, alasan perpindahan kader partai itu disebabkan oleh pertimbangan pragmatis politikus terkait peluang kursi di elite politik.

Probabilitas kursi tersebut ada dua hal kemungkinannya yakni, menjadi Calon Legislatif (Caleg) dan menjadi Anggota Legislatif (Aleg).

“Faktor pendorongnya mungkin menjadi caleg kurang akomodatif di partai asal, sehingga tersedia faktor penarik, yaitu ada harapan (ekspektasi) pada partai tujuan sebagai kendaraan baru untuk menjadi aleg,” tungkas Seran.

Lebih lanjut seran menyampaikan bahwa, politikus yang pindah partai ini pasti mempertimbangkan probabilitas menang. Dalam arti sambungnya, meraih dukungan suara pemilih sebanyak-banyaknya demi menduduki kursi legislatif.

“Pertimbangan politikus itu didasarkan pada prediksi peta dan konstelasi kontestasi caleg, perolehan nomor urut yang bagus di internal partai, dan pilihan daerah pemilihan (dapil). Pertimbangan tersebut tentu saja menimbulkan intrik dan friksi di internal partai sehingga mendorong politikus loncat partai,” papar dia.(Mutia Dheza Cantika) 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here