Bogordaily.net– Sosok Saleh Danasasmita dikenal sebagai pemerhati sejarah Sunda dan Bogor. Namanya bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di Kota Bogor. Berikut sosok Saleh Danasasmita.
Kisah tentang Saleh Danasasmita diulas dalam video yang diunggah di akun Instagram @pinotjohnny.
Dalam unggahannya, Johnny Pinot mengulas tentang sosok pemerhati sejarah Sunda dan Bogor.
Lulusan jurusan sejarah IKIP Bandung ini belajar secara otodidak tentang aksara Sunda dan bahasa Kawi, sehingga bisa menekuni naskah-naskah Sunda kuno.
Baca Juga: Sejarah Tugu Helikopter atau Monumen RE Martadinata di Puncak Bogor
“Sudah ada beberapa bukunya tentang sejarah Sunda. Di antaranya Sejarah Bogor (1983), Sejarah Jawa Barat (1984), dan masih banyak lagi,” tulis keterangan Instagram @pinotjohnny.
Kemudian tahun 1957, tepatnya tanggal 21 November, bersama Oeton Moechtar, Wahyu Wibisana, Rochamina Sudarmika, dan beberapa orang lagi, Saleh mendirikan Mangle, majalah Sunda terbesar di dunia. Kata Mangle artinya ranggeuyan kembang atau untaian bunga.
Profil Saleh Danasasmita
Saleh Danasasmita lahir di Sumedang tahun 1933. Ia wafat di Bogor pada 8 Agustus 1986. Namanya diabadikan menjadi sebuah nama jalan di daerah Cipaku, Bogor Selatan. Ia dikenal sebagai ahli sejarah Sunda, sastrawan, hingga redaktur.
Pada tahun 1961 hingga 1963, ia memimpin majalah bernama Baranangsiang yang terbit di Bogor. Tulisan-tulisan Saleh dalam bahasa Sunda mengenai sejarah Sunda dimuat di Manglé, Baranangsiang, Hanjuang, dan Sipatahunan.
Selain membahas sejarah Sunda, ia juga kerap menulis kesenian Sunda, kadang sajak, dangding, dan cerpen.
Selain dikenal sebagai pemerhati sejarah, Saleh pernah menjadi guru di SMP, SMA, dan SPG. Ia juga pernah memegang jabatan sebagai Kasi Tenaga Téknis Bidang Muskala Kanwil Depdikbud Jawa Barat pada tahun 1982 hingga 1986.
Tak hanya itu, Saleh pun pernah menjadi anggota DPRD Kota Bogor pada tahun 1964 sampai 1967. Demikian ulasan tentang Saleh Danasasmita, pemerhati sejarah Sunda dan Bogor. ***