Bogordaily.net – Gunung Merapi telah memuntahkan 12 kali guguran lava pijar yang luncuran mencapai 1.700 meter ke arah barat daya pada Senin, 10 Juli pagi ini.
“Teramati 12 kali guguran lava pijar ke arah barat daya atau Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1.700 meter,” terang Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Senin, 10 Juli 2023.
Adapun gunung yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah tersebut terlihat cukup jelas. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang.
Sementara itu, ketinggian asap kawah mencapai 100 meter di atas puncak kawah. Dari pengamatan kondisi meteorologi, cuaca berawan dan angin bertiup lemah ke arah barat.
Sementara itu, akibat guguran lava pijar Gunung Merapi suhu udara 18 derajat Celsius dengan kelembaban udara 78 persen dan tekanan udara 920,8 mmHg.
Di kesempatan yang sama, BPPTKG juga mencatat 40 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-32 mm, durasi 42,52-107,88 detik.
“Tingkat aktivitas tetap di level III atau siaga,” tandasnya.
Baca juga : Link DANA Kaget Gratis Hari Ini, Rejeki Nomplok Dapat Saldo Gratis
Apa itu Erupsi?
Erupsi gunung adalah proses pelepasan energi dan material dari dalam bumi yang terjadi pada gunung berapi.
Proses ini disebabkan oleh pergerakan magma (batuan cair berapi) dan gas yang terkumpul di dalam saluran magma di bawah permukaan bumi.
Erupsi gunung dapat menyebabkan ledakan keras, gempa bumi, awan panas, aliran lava, lahar (banjir lumpur), dan asap dan abu vulkanik.
Hal ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga atau bisa juga terjadi secara bertahap dan memberikan peringatan sebelumnya.
Kejadian erupsi dapat memiliki dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
Baca juga : Ramalan Cuaca Senin 10 Juli: Kota Bogor Hujan Petir
Dampaknya menyebabkan kerusakan pada bangunan, jalan, dan infrastruktur lainnya.
Selain itu, erupsi juga dapat menyebabkan dampak pada kesehatan manusia karena paparan gas beracun dan partikel debu vulkanik yang dapat mengganggu pernapasan.
Oleh karena itu, erupsi gunung sangat penting untuk dipantau dan diprediksi agar dapat memberikan peringatan dini dan mengurangi dampak negatifnya.
Hal ini dilakukan melalui pemantauan seismik, pemantauan gas, pengukuran deformasi gunung, dan analisis visual dari aktivitas gunung.***