Bogordaily.net– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) melakukan langkah mengantisipasi dampak kekeringan pada sektor peternakan dan perikanan.
Upaya mengantisipasi dampak kekeringan di Bogor ini dilakukan demi menjaga keberlangsungan usaha peternakan dan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat, serta mengurangi kerugian yang lebih besar.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor Nurhayanti mengatakan, penyediaan air dan Hijauan Pakan Ternak (HPT) adalah masalah yang dihadapi peternak.
Beberapa solusi dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan pemanfaatan limbah sayuran sisa pasar.
Pemkab Bogor juga kata Nurhayanti turut membantu pengembangan unit usaha pengolahan limbah pasar sebagai pakan ternak.
“Mengantisipasi ketersediaan hijauan pakan saat musim kemarau dengan pengolahan dan pengawetan melalui pembuatan silase dan hay atau pengeringan. Melakukan pengembangan Bank Pakan serta memberikan bimbingan teknis pengelolaan pakan kepada petani milenial komoditas kambing, domba, sapi dan HPT,” kata Nurhayati.
Ia mengatakan, memfasilitasi peminjaman lahan antara pemilik lahan dengan peternak, karena kurangnya kepemilikan lahan yang dapat dikelola sebagai lahan HPT oleh peternak, serta mendorong peternak mengolah lahan sebagai lahan penanaman HPT dan pemberian bibit hijauan pakan ternak berkualitas.
“Pemkab Bogor juga meningkatkan akses peternak dengan bahan pakan lokal, karena sebagai daerah penghasil beras, Kabupaten Bogor memiliki peluang sebagai daerah penyedia dedak padi,” jelasnya.
Nurhayanti menambahkan, terdapat masalah berkurangnya debit air sebagai sarana untuk memandikan ternak dan sumber air minum.
Penyediaan air sangat dibutuhkan dalam budidaya sapi perah. Karena proses pemerahan mengharuskan peternak untuk memandikan ternaknya 2 kali sehari dan peternak juga wajib menjaga kebersihan kandangnya untuk dapat meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.
Sediakan Air Bersih
“Karena itu, peternak berusaha menyediakan air bersih dengan mencari sumber mata air lain atau membelinya. Alhamdulillah di kawasan sentra sapi perah yakni di Cisarua, Pamijahan, dan Cijeruk masih ada turun hujan dan masih mudah mencari pakan ternak,” ujar Nurhayanti.
Secara umum, sampai saat ini belum terdapat dampak serius musim kemarau di Kabupaten Bogor. Penurunan produksi susu hanya terjadi sebesar 3% dari produksi susu harian peternak,” tambahnya.
Berikutnya untuk sektor perikanan, kata Nurhayati, mengacu informasi BMKG fenomena El Nino ini diprediksi terjadi hingga akhir tahun 2023.
Dalam menghadapi musim kemarau yang berdampak pada sektor perikanan, berbagai upaya antisipasi pun disiapkan diantaranya, memindahkan induk ikan yang berkualitas ke lokasi yang tidak mengalami kekeringan ekstrim.
“Peralihan dari kegiatan pembesaran ikan ke pembenihan ikan, karena membutuhkan air yang lebih sedikit. Selain itu ketika musim hujan tiba, permintaan benih ikan akan meningkat sehingga kegiatan pembenihan pada musim kemarau dapat dimanfaatkan dengan baik,” ungkap Nurhayanti.(Albin Pandita)