Bogordaily.net– Melalui Digitalisasi UMKM, MenKopUKM Teten Masduki mengajak ICMI menciptakan sumber ekonomi baru.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) untuk menciptakan sumber ekonomi baru. Salah satunya melalui percepatan transformasi digital bagi UMKM.
MenKopUKM Teten Masduki mengatakan perlunya percepatan digitalisasi bagi UMKM untuk memperluas akses pasar. Indonesia tidak boleh hanya menjadi sasaran perluasan pasar negara lain, sehingga dibanjiri produk impor murah yang berpotensi merusak pangsa UMKM Indonesia.
Menteri Teten menyebut saat ini, struktur ekonomi masih didominasi oleh usaha kecil dan mikro. Ini menunjukkan struktur ekonomi Indonesia yang gemuk di mikro.
“Tantangannya bagaimana mengembangkan UMKM Tanah Air agar semakin produktif dan berdaya saing,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Lokakarya Nasional ICMI di Makassar, Jumat, 3 November 2023.
Acara tersebut mengusung tema ‘Kolaborasi Pemberdavaan Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Mikro Syariah yang Berdaya Saing di Era Digital,’
Menteri Teten kemudian mencontokan Korea Selatan (Korsel) yang dinilai sebagai negara paling adaptif terhadap teknologi digital. Dengan kemajuan Korsel saat ini, mereka bahkan berambisi mengalahkan Jepang dalam berbagai bidang.
“Saat saya berkunjung ke Korsel, saya berdialog dengan para pelaku usaha muda di Korsel. Mereka berusaha terus berinovasi karena jika sedikit saja tidak inovatif mereka khawatir, produk unggulan mereka seperti Hyundai dan Samsung akan kalah bersaing dengan produk dari Jepang,” paparnya.
Padahal kata Menteri Teten, market mereka cukup besar mencapai 50 juta orang di dalam negeri. Dan jika ingin masuk ke pasar global, mereka harus mampu bersaing dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang melalui penguasaan teknologi yang tinggi.
Dorong Inovasi UMKM
MenKopUKM mendorong inovasi juga dilakukan oleh UMKM di Indonesia. Jangan sampai usaha besar membunuh usaha kecil, sektor formal membunuh sektor informal, dan warung rakyat kalah dengan warung modern.
“Di Korsel, UMKM menjadi bagian rantai pasok industri besar. Memang kita terlambat melakukan industrialisasi dan hanya fokus di hilir tanpa memperhatikan sektor hulu, maka ke depan ini menjadi tantangan kita,” ucapnya.
Menurut MenKopUKM, penting untuk merencanakan masa depan Indonesia 5-10 tahun mendatang agar bisa menjadi negara maju.
“Potensi kita sangat besar, tetapi apakah Indonesia sudah mampu memenuhi syarat menjadi negara besar? Ini agenda kita sekarang untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas yang menggantikan ekonomi subsisten,” paparnya.
Menteri Teten mengakui untuk bisa menyelesaikan tantangan tersebut membutuhkan pendekatan yang tak mudah.
Salah satunya, program hilirisasi yang sering disebut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbasis SDA dan keunggulan domestik lewat hasil perkebunan, pertanian, dan kelautan.
“Kita harus menumbuhkan sumber ekonomi baru. Walaupun sekarang fondasi sudah dimulai dengan larangan ekspor bahan mentah, harus juga disusun peta jalan industrialisasi. Saya sudah sampaikan bahwa industrialisasi ini harus melibatkan koperasi dan UMKM, tanpa melibatkan mereka kita tak bisa mengubah struktur ekonomi subsisten,” ungkapnya.
Berbasis Keunggulan Domestik
Menteri Teten mengatakan, industrialisasi yang harus berbasis keunggulan domestik sehingga punya potensi untuk maju dan berkembang. Indonesia dan ASEAN memiliki kekuatan pada aquaculture dan agriculture. “Jika Indonesia memimpin ASEAN dengan dua sektor ini maka akan sangat luar biasa,” katanya.
Terkait peran ICMI, MenKopUKM mengajak ICMI bersama dengan Pemerintah dan pihak terkait lainnya, untuk turut berkontribusi melahirkan ekonomi baru.
“Termasuk mencari alternatif pembiayaan yang murah dan mudah. Karena pembiayaan selama ini menjadi kendala bagi UMKM, khususnya terkait aset sebagai agunan,” kata Menteri Teten.
Ia melanjutkan, inovasi dalam pembiayaan UMKM mencakup tersedianya pembiayaan yang murah, cepat, dan mudah. Sebagaimana arahan Presiden Jokowi, untuk meningkatkan rasio kredit perbankan bagi UMKM dari sebelumnya 20 persen menjadi lebih dari 30 persen di tahun 2024.
Kemudian plafon KUR dari sebelumnya maksimum Rp500 juta naik menjadi Rp20 miliar. Serta, KUR tanpa agunan naik dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta, pembiayaan LPDB-KUMKM hanya untuk koperasi, dan pembiayaan usaha perempuan melalui Mekaar.
UMKM Onboarding Digital
Transformasi digital ditegaskannya, menjadi suatu keharusan. Pemerintah juga telah menargetkan UMKM onboarding digital sebanyak 30 juta UMKM yang saat ini telah mencapai 22 juta UMKM yang berjualan secara online.
“Saya berharap dari UMKM, kita kembangkan dengan dukungan ekosistem. Dengan seperti itu bisa segera mengubah struktur ekonomi kita, agar menjadi negara maju pada 2045 dengan mendorong UMKM masuk ke sektor strategis,” kata MenKopUKM.
Senada disampaikan, Ketua Umum Ikatan ICMI Arif Satria yang mengatakan, ke depan kompetisi ekonomi dan industri mengarah kepada kreativitas dan imajinasi. Untuk itu ia mengajak para pelaku usaha berfokus pada future practice agar menjadi leader (pemimpin. Karena jika hanya berbasis pada past practice cenderung menjadi follower (pengikut).
“Kita sedang berada dalam situasi yang memerlukan kemampuan untuk melakukan terobosan dan kreativitas, masa depan adalah kompetisi imajinasi dan kreativitas. Orang kecil jangan berfikir selamanya akan kecil, kita saat ini masih kecil punya peluang besar menjadi siapa-siapa di depan, yang penting punya pola pikir kreatif dan future practice,” ujar Arif.
Menurut Arif, era masa depan disebut era give economy, yang mana menyumbang adalah investasi. Kepedulian dan value untuk berbagi pada rumus ekonomi.
“Dari seluruh usaha di manapun kami harap bisa berkolaborasi dengan kita untuk saling berbagi. Bisnis masa depan adalah orang-orang yang tahu ekosistem, banyak berjejaring dan berkolaborasi,” kata Arif.
ICMI saat ini telah mendampingi 382 UMKM dan membangun mimpi serta optimisme dengan kerja nyata dan konkret.
“ICMI tidak hanya berencana, tapi juga menjadi pelopor untuk membangun ekosistem bisnis masa depan,” kata Arif.***