Bogordaily.net – Dalam menghadapi stigma negatif dunia politik, Yasmin Sanad S.Ikom., Calon anggota legislatif (Caleg) Daerah pemilihan (Dapil) 5 Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mengajak generasi muda untuk berkiprah.
Menurutnya, politik adalah ruang sosial pengabdian yang penting untuk kemaslahatan umat dan memajukan bangsa.
Menabur Optimisme sebagai Pendidikan Politik
Teh Yasmin, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya menabur optimisme sebagai bagian dari upaya pendidikan politik bagi anak bangsa.
Menurutnya, berjuang melalui jalur politik adalah sesuatu yang mulia, tetapi perlu dijaga agar politik tetap menjadi hal yang mulia.
“Politik itu mulia, jangan sampai kemudian politik menjadi tidak mulia karena perilaku politisi,” kata Yasmin, ketika di temui saat menggelar dialog bersama perangkat wilayah, RT, RW, kader Posyadu dan kaum muda mudi di daerah pemilihannya.
Terinspirasi oleh Inggit Garnasih
Yasmin Sanad sangat terinspirasi Inggit Garnasih. Salah satunya dari catatan sejarah pernyataan Inggit Garnasih kepada Soekarno.
“Kus, baju teh meni sae. Kahade kus ieu baju teh ti rakyat, ulah mapohokeun saha nu merena”.
Kalimat bebahasa sunda yang dilontarkan Ibu Inggit tersebut memiliki arti “Kus (Soekarno), bajunya bagus sekali. Awas kus baju ini dari rakyat, jangan melupakan siapa yang memberinya,” katanya menirukan catatan sejarah yang ditulis Tito Zeni Asmara Hadi dalam pengantar buku Kuantar ke Gerbang karangan Ramadhan KH yang diterbitkan Bentang.
Tentang Inggit Garnasih
Pada 17 Februari 1888, seorang anak perempuan lahir dan diberi nama Inggit Ganarsih. Di Desa Kemasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Inggit tumbuh menjadi wanita berkelas dalam tutur kata maupun pemikiran.
Sumbangsih Inggit Garnasih dalam pencapaian kemerdekaan Indonesia begitu banyak, di antaranya:
Saksi proses kelahiran Peserikatan Indonesia, yang lalu berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927.
Saksi kelahiran Sumpah Pemuda.
Pendamping setia dalam perjalanan Soekarno, sampai ke tempat-tempat pengasingan.
Mencarikan data referensi bagi Soekarno dalam menyusun pembelaan di depan Pengadilan Landraad Bandung tanggal 18 Agustus 1930. Pidato pembelaannya terkenal dengan judul ‘Indonesia Menggugat’.
Ia adalah perempuan yang gigih ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia itu meninggal pada 13 April 1984.
Rumahnya sekarang dijadikan museum dan nama jalannya menjadi jalan Inggit Ganarsih.
Penggantian nama jalan bertepatan dengan penyematan Tanda Kehormatan diberikan kepada Inggit Ganarsih berupa ‘Bintang Mahaputera Utama’.
Penghargaan itu diberikan berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 073/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997. Penyerahan ‘Bintang Mahaputera Utama’ dilakukan pada 10 November 1997.
Rumah Inggit Garnasih diresmikan menjadi cagat budaya dan ditetapkan berdasarkan Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Sebagai cagar budaya, maka rumah Inggit Ganarsih dilindungi dan harus dilestarikan oleh negara Indonesia.
Rumah Inggit Garnasih telah menjadi saksi para pelopor kemerdekaan seperti Suyudi, Agus Salim, Ki Hajar Dewantoro,
HOS Tjokroaminoto, Kyai Haji Mas Mansur, Sartono, Hatta, Moh. Yamin, Ali Sastro, Asmara Hadi, Ibu Trimurti, Otto Iskandardinata, Dr. Soetomo, dan lainnya berkumpul untuk berdiskusi mencapai kemerdekaan Indonesia.
Relevansi Nilai Perjuangan Inggit Garnasih
Atas dasar itulah Yasmin Sanad menyoroti nilai-nilai perjuangan dan semangat Inggit Garnasih, yang masih relevan dalam konteks perpolitikan saat ini.
Dalam menghadapi kondisi politik yang gaduh dan jauh dari nilai humanisme, Yasmin mendorong generasi muda untuk kembali mengusung semangat perjuangan Inggit Garnasih.
Politik sebagai Tantangan
Meskipun Yasmin mengakui bahwa politik terkadang dianggap sebagai sesuatu yang kotor, ia tetap menegaskan pentingnya terjun ke dalamnya.
Dengan menyampaikan bahwa hidup adalah soal keberanian, Yasmin merespon seruan Inggit Ganarsih untuk tidak menghindar dari politik, terutama di masa-masa yang kritis.
“Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi, suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah,” kata Ketua Perempuan Bangsa organisasi sayap PKB Kota Bogor ini kepada Bogordaily.net.***
(Gibran)