Bogordaily.net – Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor, Iceu Pujiati bersama aparatur wilayah meninjau pembangunan Bumi Ageung Batutulis atau Museum Pajajaran.
Peninjauan dimulai melihat semua ruang di setiap lantai yang tengah dalam proses pembangunan, fasilitas dan akses di sekitar Bumi Ageung Batutulis.
“Alhamdulillah secara fisik konstruksi sudah mencapai 75 persen. Harapannya untuk sarana atau konstruksi utama sudah bisa diresmikan pada akhir Desember 2023,” kata Dedie Rachim di lokasi pembangunan, Jum’at 24 November 2023.
Dedie menegaskan hingga saat ini belum ada kurasi terkait isi dari museum Pajajaran, karena menurutnya lebih fokus dan memprioritaskan tempat terlebih dahulu.
Selain itu harus berkoordinasi dan berbicara juga dengan beberapa museum yang sudah eksis, diantaranya Museum Sri Baduga Maharaja di Bandung yang koleksi peninggalan benda-benda sejarah terkait kerajaan Pajajaran hingga museum lainnya ada di Sumedang.
Namun demikian, Pemkot Bogor akan mencoba mengelaborasi, mensinergikan untuk kemudian mencari benda apa saja yang bisa ditampilkan, termasuk narasi apa yang bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran seni budaya dan sejarah bagi generasi muda mendatang ketika museum sudah rampung dibangun.
Untuk interior dan lain-lain, termasuk isi museum, Dedie menyampaikan harus ada kajian dan pelaksanaan hal-hal lain yang melibatkan pihak lintas sektoral, diantaranya melibatkan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Selain itu, untuk memberi penjelasan kepada masyarakat akan dipersiapkan panel-panel lintasan sejarah, mulai dari zaman prasejarah, kerajaan, zaman kolonial portugis, belanda dan jepang sampai zaman kemerdekaan.
Diakuinya anggaran dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya tidak sedikit.
Saat ini Pemkot Bogor berkomitmen untuk menyiapkan tempat yang cukup representatif dan diharapkan bisa memenuhi keinginan walaupun tidak bisa mengakomodir semua kepentingan.
“Pemkot Bogor sangat terbuka dan berharap apa yang diikhtiarkan menjadi milik bersama, dijaga dan dikembangkan secara bersama-sama para budayawan, dinas terkait serta masyarakat pada umumnya,” harap Dedie.***
(Ibnu Galansa)