Friday, 20 September 2024
HomePolitikPemilih Rasional di Pilkada Kota Bogor 2024: 44% Berpotensi Ubah Pilihan

Pemilih Rasional di Pilkada Kota Bogor 2024: 44% Berpotensi Ubah Pilihan

Bogordaily.net – Pengamat Politik dari Lembaga Survey (LS) Visi Nusantara (Vinus) Yusfitriadi menyebutkan bahwa pemilih di Kota Bogor dalam konteks Pilkada 2024 dinilai rasional.

Seperti diketahui, terdapat lima pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor, diantaranya Dedie Rachim-Jenal Mutaqin, Sendi Fardiansyah-Melli Darsa, Raendi Rayendra-Eka Maulana, Rena Da Frina-Teddy Risandi, dan Atang Trisnanto-Annida Allivia.

Menurut Yusfitriadi, dalam pemilih di Kota Bogor yang sangat rasional itu disebabkan karena ia melihat masyarakat Kota Bogor, terdapat pembagian yang seimbang, yaitu 50:50.

Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemilih di Kota Bogor memiliki potensi untuk mengubah pilihan mereka, dengan angka mencapai 44 persen.

“Oleh karena itu, saya merasa penting bagi pasangan calon atau partai pengusung untuk berhati-hati, karena potensi perubahan ini sangat besar,” kata Yusfitriadi kepada wartawan, Kamis 16 September 2024.

Ia mengatakan, tingkat pragmatisme di Kota Bogor tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakonsistenan pemilih di Kota Bogor sejalan dengan lemahnya pragmatisme di daerah ini.

“Artinya, pemilih di Kota Bogor cenderung bersikap rasional. Jika dianalisis lebih lanjut, pengaruh perubahan pilihan karena uang sangat kecil,” jelasnya.

Lebih lanjut, hal ini menunjukkan bahwa pemilih dapat mengubah pilihan mereka meskipun imbalan finansialnya rendah. Begitu juga, mereka akan tetap konsisten dalam pilihan mereka karena alasan yang sama.

“Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pragmatisme di Kota Bogor, dalam konteks pemilihan kepala daerah, sangat rasional,” ujar Yus.

Selain itu, pengaruh pemberian uang hanya berkisar 26 persen, yang sejalan dengan tingkat konsistensi pemilih, baik yang berubah maupun yang tetap.

Kemudian, kasus hukumlah yang berpotensi memengaruhi konsistensi masyarakat Kota Bogor dalam menentukan pilihan mereka.

“Dapat disimpulkan bahwa pengaruh pemberian uang dalam pemilihan kepala daerah di Kota Bogor sangat kecil,” imbuhnya.

“Intinya kasus hukum yang akan merubah konsistensi masyarakat kota Bogor dalam menentukan pilihan,” tambah Yusfitriadi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan dalam pemilihan ini adalah komunikasi. Karena Intensitas komunikasi antara pasangan calon dan masyarakat menjadi hal yang paling signifikan.

Bahkan ketika terjadi perubahan pilihan, isu terbesar yang memengaruhi adalah kasus korupsi.

“Oleh karena itu, penting bagi pasangan calon untuk menjaga isu ini, karena dapat berdampak besar pada elektabilitas mereka,” ungkapnya.(Ibnu Galansa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here