Friday, 27 September 2024
HomeBeritaDosen dan Mahasiswa Universitas Pelita Harapan Bantu Tingkatkan Produksi Petani Jamur Tiram...

Dosen dan Mahasiswa Universitas Pelita Harapan Bantu Tingkatkan Produksi Petani Jamur Tiram di Tangerang

Bogordaily.net – Dosen Pendidikan Biologi dan Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan (UPH) Prof Wahyu Irawati melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) untuk membantu permasalahan petani jamur di Oemah Jamur Tangerang.

Dalam kegiatan PKM di Oemah Jamur yang dilakukan Juli hingga September 2024 ini, dosen dibantu mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan UPH dalam program MBKM rekognisi 6 sks mata kuliah periode tahun 2024.

Mereka adalah Adolf Jan Nexson Parhusip, Intan Cidarbulan Matita, Dipakalyano, Clement Khristman Laia, Damai Yanti Manalu, Ramses Silalahi.

Menurut Dosen UPH Prof Wahyu Irawati, permintaan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) di Indonesia terutama wilayah Tangerang meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena kandungan gizinya yang tinggi dan harganya murah dibandingkan sumber protein hewan.

Namun produksi jamur tiram putih mengalami penurunan karena petani kesulitan memperoleh bahan baku pembuatan media tanam jamur, yang sering disebut dengan baglog.

Biasanya, baglog terbuat dari serbuk kayu dan dedak atau limbah hasil pertanian lainnya karena kedua bahan ini mengandung nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan jamur.

Namun akhir-akhir ini serbuk kayu sulit ditemukan di pasaran karena tingginya permintaan serbuk kayu tersebut untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lainnya.

Dedak juga sulit diperoleh karena dibutuhkan oleh industri sebagai pakan ternak unggas dan sapi. Kedua situasi ini menyebabkan harga serbuk kayu dan dedak meningkat, yang berdampak langsung pada biaya produksi jamur.

Untuk itu tim dosen dan mahasiswa Universitas Pelita Harapan membuat baglog dengan alternatif bahan lain agar nantinya menghasilkan pertumbuhan jamur tiram putih yang baik.

“Mengingat permintaan pasar jamur tiram putih terus meningkat maka perlu dicarikan alternatif pengganti serbuk kayu dan dedak yang harganya lebih terjangkau namun memiliki nutrisi tinggi bagi pertumbuhan jamur tiram putih,” kata Prof Wahyu.

Di sisi lain, terdapat banyak limbah pertanian di sekitar wilayah Tangerang seperti ampas kopi, tongkol jagung, gabah padi, dan kelaras pisang.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku pembuatan baglog ini dapat merupakan solusi yang menjanjikan untuk mengatasi keterbatasan bahan baku dan sekaligus mengurangi limbah pertanian.

Ampas kopi, tongkol jagung, gabah padi, dan kelaras pisang mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur tiram putih.

Ampas kopi mengandung 13,8% selulosa, 33% lignin, karbohidrat, serta kalium, magnesium, dan fosfor. Ampas kopi bersifat asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, dalam media tumbuh jamur. Tongkol Jagung mengandung 36% hemiselulosa, 41% selulosa, 6% lignin, 3% pektin, 0,014% pati, dan 9,6% air sehingga ideal bagi perkembangan miselium.

Sekam Padi kaya akan selulosa, hemiselulosa, dan amilosa, serta vitamin B kompleks seperti riboflavin (B2), niasin (B3), dan thiamin (B1) yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan jamur tiram.

Kelaras Pisang mengandung serat larut dan tidak larut, kalium, magnesium, dan fosfor. Serat ini membantu meningkatkan retensi air dan memberikan stabilitas fisik pada baglog sehingga mendukung pertumbuhan jamur tiram.

Proses pembuatan baglog, media tanam jamur dari limbah pertanian yang dibuat dosen dan mahasiswa Universitas Pelita Harapan.

Proses Pembuatan Baglog menggunakan Limbah Pertanian

Kegiatan PkM di Oemah Jamur Tangerang dilakukan untuk pemanfaatan bahan baku utama berupa limbah pertanian, yaitu ampas kopi, tongkol jagung, kelaras pisang, dan sekam dengan bahan capuran serbuk kayu, kapur dolomit, dan dedak.

Beberapa formulasi baglog dibuat untuk memperoleh formulasi terbaik pengganti serbuk kayu dan dedak.

Setiap bahan baku limbah ditimbang sesuai dengan formulasi yang akan diuji, yaitu: 1) 100% bahan utama, 2) 50% bahan utama + 50% serbuk kayu, 3) 10% bahan utama + 90% serbuk kayu. Setiap perlakuan formulasi dilakukan penambahan dedak dan kapur dolomit.

Dedak ditambahkan sebanyak 15% dari berat bahan utama untuk meningkatkan nutrisi dalam baglog. Kapur dolomit sebanyak 1% dari berat bahan utama juga ditambahkan untuk menjaga keseimbangan pH media tanam.

Tahap selanjutnya adalah pencampuran bahan formulasi baglog. Bahan-bahan kering dicampur hingga merata menggunakan mesin ribbon mixer kemudian ditambahkan air secukupnya hingga menyatu namun campuran tidak menetes apabila diremas.

Campuran dimasukkan ke dalam plastik baglog kemudian ditutup dengan penutup botol atau tali. Baglog yang telah dibungkus disterilisasi menggunakan kukusan atau autoklaf untuk mematikan bibit kontaminan yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur.

Setelah sterilisasi, baglog didinginkan hingga mencapai suhu yang aman untuk inokulasi bibit. Bibit jamur tiram putih diinokulasi ke dalam baglog dalam kondisi steril untuk mencegah kontaminasi. Baglog yang telah diinokulasi disimpan di tempat yang teduh dan lembab untuk memungkinkan pertumbuhan miselium jamur tiram.

Uji coba formulasi baglog dengan berbagai limbah pertanian menunjukkan bahwa formulasi dengan 100% tongkol jagung menunjukkan pertumbuhan miselium jamur tiram putih yang paling cepat dan paling melimpah dibandingkan dengan formulasi lain.

Melalui kegiatan PkM ini dapat disimpulkan bahwa tongkol jagung adalah alternatif terbaik sebagai pengganti serbuk kayu yang mahal dan sulit diperoleh.

Untuk diketahui, kegiatan PkM ini Dibiayai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 868/LL3/DT.06.01/2024, Tanggal 26 Juni 2024. ***

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here