Bogordaily.net – Masalah rumah tidak layak huni (RTLH) masih menjadi tantangan serius di Kota Bogor. Salah satu kasusnya adalah rumah pasangan Muhtar dan Nurhidayati di RT.1/RW.14, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal.
Rumah kecil mereka mengalami kerusakan parah pada dinding dalam, dinding samping, dan atap, sehingga sangat mengkhawatirkan, terutama saat hujan atau angin kencang.
Nurhidayati mengungkapkan bahwa ia sudah tiga kali mengajukan permohonan bantuan perbaikan rumah, namun hingga kini belum ada tanggapan dari pihak terkait.
“Saya sudah mengajukan perbaikan tiga kali, tapi sampai sekarang belum ada kabar. Dinding rumah ini sudah retak sejak tiga tahun lalu. Kalau hujan atau angin besar, takut ambruk. Apalagi bapak (suami) sakit stroke, nggak bisa lari kalau ada apa-apa. Itu yang bikin saya makin khawatir,” ujarnya, Sabtu 11 Januari 2025.
Penghasilan keluarga ini sangat terbatas, hanya bergantung pada anak mereka yang bekerja di Jakarta dengan gaji yang sebagian besar habis untuk biaya transportasi.
Selain itu, Nurhidayati juga berjualan kecil-kecilan di depan sekolah untuk menambah pemasukan.
“Penghasilan kami nggak seberapa, cuma dari anak saya yang kerja di Jakarta dan sedikit tambahan dari jualan di depan sekolahan,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD Kota Bogor, Banu Lesmana Bagaskara, menyampaikan bahwa pemerintah Kota Bogor seharusnya lebih memperhatikan masalah RTLH seperti ini.
DPRD, katanya, sudah mengalokasikan anggaran untuk program perbaikan RTLH melalui permohonan langsung warga ke kelurahan atau aspirasi yang disampaikan kepada DPRD.
“Namun tetap, setiap permohonan harus diverifikasi oleh pemerintah kota melalui aplikasi Sahabat. Kami berharap proses verifikasi ini dilakukan secara objektif berdasarkan kondisi dan realita yang terjadi,” ungkapnya.***
(Ibnu Galansa)