Bogordaily.net – Program Pasar Malam (Night Market ) di Alun-Alun Kota Bogor dengan sesumbar sebagai tonggak penataan pedagang kaki lima (PKL), ternyata menimbulkan permasalahan baru seperti maraknya pungli, kumuh serta kesemrawutan arus lalulintas.
Tak heran menjelang sore, pantauan Bogordaily, pedestrian Alun-Alun Kota Bogor terlihat semrawut dipenuhi gerobak PKL hingga ke badan jalan.
Bahkan, taman rumput di pedestrian berserakan kantong plastik jajanan lantaran para pengunjung sengaja nongkrong sambil menikmati makanan jajanan tanpa menghiraukan sampah plastiknya.
Dampak lainnya, lantai pedestrian Alun-Alun Kota Bogor terlihat mulai berkerak akibat limbah cair makanan yang menetes dari gerobak PKL.
Sehingga, petugas PUPR Kota Bogor harus berjibaku membersihkannya dengan alat khusus mesin scruber untuk bersihkan kerak lantai tersebut.
Kondisi kesemrawutan itu, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor terlihat beberapa kali melakukan penertiban lantaran semakin menjamurnya PKL sehingga menimbulkan kemacetan.
Selain itu, beberapa waktu lalu sempat ramai diberitakan bahwa telah terjadi dugaan pungli hingga premanisme di kawasan tersebut.
Informasi dari sejumlah PKL, penempatan gerobak tergantung dari posisinya.
Gerobak yang berada di pedestrian Alun Alun dan di badan jalan tentu berbeda nilai sewanya.
“Di pedestrian PKL dipungut Rp100 sampai Rp150 ribu. Apalagi yang dibadan jalan bedalah pak,” cetus seorang pedagang di sana.
Ketika ditanya siapa yg memungut sewa, sambil tersenyum mereka hanya tahu tapi enggan untuk menyebut oknum yang melakukan pungutan liar terhadap ratusan PKL di area night market Alun-alun Kota Bogor.
Dengan demikian, pungli di night market terkesan dibiarkan demi keberlangsungan PKL di Alun-alun Kota Bogor.
Sementara itu, Anggota Fraksi Aswaja DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri menyebut bahwa polemik yang terjadi akibat Night Market tidak terlepas dari langkah serampangan pemerintah dan tidak matangnya kajian yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.
“Dari awal saya bilang, Pemkot Bogor harus pikirkan dampak legalisasi Night Market ini terhadap kelancaran lalu lintas di Jalan Dewi Sartika. Kemudian, apakah tidak menimbulkan masalah baru seperti semakin menjamurnya PKL dan potensi pungli,” ujar Saeful Bakhri, Rabu 29 Januari 2025.
Menurut dia, Jalan Dewi Sartika merupakan jalur aktif mobilisasi penumpang KRL commuter line yang aktivitasnya berlangsung hampir 24 jam. Belum lagi, adanya angkutan kota (angkot) dan ojek online yang beroperasi di kawasan tersebut.
“Jangan sampai malah menimbulkan permasalahan baru, Night Market berpeluang mengundang banyak pengunjung yang sengaja untuk datang menikmati kuliner malam di area tersebut. Imbasnya kan bisa dilihat, PUPR sampai nurunkan mesin khusus untuk menghilangkan kerak di lantai,” ujar pria yang akrab disapa Gus M itu.
Seharusnya, kata Gus M, apabila pemerintah ingin menata PKL, bisa dioptimalkan dengan memasukan PKL ke pasar untuk mengisi kios dan los yang masih kosong.
Tentunya dengan tarif yang disesuaikan dengan kesepakatan antara Perumda PPJ dan PKL.
“Saya rasa kalau pasar dengan los-los kosong tersebut dijadikan pasar tematik Night Market misalnya, tidak perlu khawatir dengan kebutuhan kantung parkir yang bisa ditampung dalam parkir pasar yang tersedia,” jelasnya.
Atas dasar itu, ia mendesak agar Pemkot Bogor segera mengevaluasi dan menghentikan kebijakan tersebut.
“Kami mendesak program itu segera dihentikan. Saya juga minta Pemkot Bogor tak gegabah dalam membuat kebijakan,” ucapnya.
Ditempat terpisah, Dirut Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Bogor, Zenal Abidin membantah program Night Market itu dikelola pihaknya.
“Memang kami (Perumda PPJ-red) sempat ditunjuk untuk mengelola keberadaan PKL di program Night Market. Tapi kami tidak pernah diberikan SK untuk mengelolanya,” tegasnya.
Menurutnya, ada solusi penataan PKL yang selama ini bertebaran di Jalan Dewi Sartika akan ditempatkan di basement pasar, namun hal itu tidak diminati PKL.
“Pihak pengelola Blok F, sempat memberikan gratis selama 6 bulan agar PKL bisa menempati los di basement tapi tidak ada yang berminat,” pungkasnya.***
(Ibnu Galansa)