Bogordaily.net – Bogor memang terkenal dengan wisata alamnya, terutama curug-curug indah yang tersebar di berbagai sudut. Kali ini, saya dan beberapa teman memutuskan untuk mengeksplorasi salah satu curug tersembunyi, yaitu Curug Cibaliung, yang terletak di daerah Sentul, Kabupaten Bogor. Pengalaman itu menjadi Perjalanan ke Curug Hidden Gem di Bogor.
Curug ini dikenal memiliki air sebening kaca, bahkan di musim hujan. Momen ini terasa spesial karena kami sudah lama tidak bertemu sejak lulus SMA. Setelah hampir satu tahun sibuk dengan urusan masing-masing, akhirnya kami bisa kembali berkumpul dan memutuskan untuk menghabiskan waktu di alam sebelum memasuki bulan puasa.
Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 10 pagi, menempuh perjalanan sekitar 2 jam menuju lokasi. Awalnya, saya berpikir teman-teman sudah melakukan riset tentang curug ini, tetapi ternyata mereka hanya melihat beberapa foto di media sosial tanpa benar-benar mencari tahu jalur trekking dan aksesnya.
Kami hanya bermodalkan Google Maps dan bertanya ke warga sekitar. Saat sudah setengah perjalanan, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggir jalan untuk beristirahat dan membeli minuman di warung kecil.
Saat sedang duduk santai, kami berbincang dengan warga sekitar dan menanyakan sisa perjalanan menuju Curug Cibaliung.
Ketika mereka mengatakan bahwa perjalanan dari titik ini masih sekitar 30 menit lagi menuju parkiran dan setelah itu masih harus trekking cukup lama, kami semua kaget! Beberapa teman langsung menghela napas panjang dan saling menatap dengan ekspresi tak percaya.
Mereka mengira curug ini bisa diakses dengan mudah, tetapi ternyata perjuangannya masih panjang.
Trekking Panjang dan Tantangan Perjalanan
Setelah sampai di parkiran, kami mulai trekking menuju curug. Perjalanan ini benar-benar menguras tenaga.
Dari parkiran, kami harus berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit melewati jalur trekking yang cukup menantang.
Jalanan berbatu, licin, dan beberapa bagian cukup terjal membuat kami harus ekstra hati-hati. Sepanjang perjalanan, kami banyak bercanda, saling mengejek karena napas mulai tersengal, tapi justru itulah yang membuat perjalanan semakin seru.
Ada kalanya kami harus berhenti sejenak untuk mengatur napas dan menikmati suasana sekitar. Yang menarik, meskipun perjalanannya melelahkan, pemandangan sepanjang jalur trekking benar-benar menyegarkan.
Pepohonan rimbun di kiri dan kanan jalan, udara yang sejuk, serta suara gemericik air dari sungai kecil yang mengalir di samping jalur membuat rasa lelah sedikit teralihkan.
Satu hal yang baru kami sadari setelah masuk lebih dalam ke area curug adalah… di sini tidak ada sinyal sama sekali!
Awalnya terasa aneh, apalagi bagi kami yang selalu terhubung dengan internet setiap saat. Tapi justru ini menjadi kesempatan bagus untuk benar-benar menikmati alam tanpa gangguan.
Tidak ada notifikasi, tidak ada media sosial, hanya kami dan alam. Ini jadi pengalaman yang jarang kami rasakan di kehidupan sehari-hari.
Curug dengan Air Sejernih Kaca
Setelah melewati berbagai tantangan, akhirnya kami sampai di curug. Begitu melihat airnya, rasa lelah langsung hilang! Airnya benar-benar jernih, bahkan di musim hujan.
Biasanya, curug yang berada di daerah pegunungan akan memiliki air yang agak keruh setelah hujan turun, tapi di sini berbeda. Dasar airnya terlihat jelas, bebatuan besar yang berada di dalam air pun tampak bersih.
Arusnya juga tidak terlalu deras, sehingga cukup aman untuk berenang.
Tanpa pikir panjang, kami langsung nyebur! Suhu airnya dingin, tapi justru menyegarkan setelah perjalanan yang cukup menguras tenaga.
Selain berenang, ada satu aktivitas yang paling seru yaitu lompat dari tebing batu ke air! Di sisi curug terdapat beberapa batu besar yang cukup tinggi, menjadi spot favorit untuk melompat.
Awalnya kami masih ragu karena lumayan tinggi, tapi setelah satu teman mencoba, akhirnya yang lain pun ikut-ikutan. Rasanya menegangkan di awal, tapi begitu tubuh menyentuh air, sensasinya luar biasa menyenangkan.
Beberapa kali kami naik lagi ke batu dan mencoba lompatan dari berbagai sudut. Kami benar-benar menikmati setiap momen tanpa terburu-buru. Tidak ada rasa bosan karena suasana sekitar begitu asri dan menyenangkan.
Masak-Masak di Alam Terbuka
Setelah puas bermain air, kami lanjut ke sesi berikutnya yaitu masak-masak! Kami membawa peralatan sederhana, seperti kompor portable dan beberapa bahan makanan.
Karena sudah lapar, kami memasak sesuatu yang cepat dan praktis, seperti mie instan dan sosis goreng.
Walaupun menunya sederhana, makan di tengah alam seperti ini terasa jauh lebih nikmat.
Selain mie dan sosis, kami juga membawa beberapa cemilan seperti ciki. Setelah makanan matang, kami duduk melingkar di tepi aliran air sambil menikmati hidangan sederhana ini.
Angin sepoi-sepoi yang bertiup menambah kenyamanan, dan suasana hutan yang sunyi tanpa gangguan suara kendaraan membuat semuanya terasa lebih damai.
Sebagai mahasiswa komunikasi digital dan media, pengalaman ini memberi perspektif baru tentang bagaimana kita begitu bergantung pada internet dan media sosial.
Tidak adanya sinyal membuat kami benar-benar fokus menikmati momen secara langsung, tanpa distraksi.
Biasanya, setiap perjalanan pasti ingin langsung diunggah ke Instagram Story atau dibuat vlog secara real-time.
Namun, di sini kami harus menunggu sampai kembali ke kota untuk berbagi pengalaman ini secara digital.
Kami benar-benar menikmati waktu bersama. Kami ngobrol banyak hal, tertawa mengingat masa lalu, dan saling berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing setelah lulus.
Ada perasaan nostalgia, tapi juga kebahagiaan karena bisa kembali berkumpul di tempat seindah ini.
Momen seperti ini semakin menyadarkan kami bahwa terkadang, kita butuh waktu untuk benar-benar lepas dari kesibukan dan menikmati kebersamaan dengan orang-orang terdekat.
Selain memasak, kami juga sempat bersantai di atas bebatuan besar di sekitar curug. Duduk sambil merendam kaki di air yang dingin, melihat pemandangan sekitar, dan mendengar suara alam benar-benar membuat pikiran terasa lebih tenang.
Perjalanan Pulang
Hari semakin sore, dan kami pun bersiap untuk pulang. Jika perjalanan menuju Curug Cibaliung terasa menyenangkan karena sebagian besar jalurnya menurun, perjalanan pulang justru jauh lebih melelahkan.
Kami harus menaiki banyak anak tangga yang cukup curam, membuat napas semakin berat dan kaki terasa gemetar.
Perjalanan naik ini benar-benar menguras tenaga, apalagi setelah bermain air dan kenyang setelah makan.
Kami beberapa kali berhenti untuk mengatur napas, minum air, dan saling menyemangati agar tetap kuat sampai ke atas.
Curug ini mungkin bukan yang paling mudah diakses, tapi bagi kami, perjuangan menuju ke sana sepadan dengan keindahan yang ditawarkan.
Kalau kamu mencari tempat untuk refreshing, menjauh dari hiruk-pikuk kota, dan benar-benar menikmati waktu tanpa gangguan, curug ini bisa jadi pilihan yang tepat.
Saat perjalanan pulang, kami masih terus membahas keseruan hari ini. Ada rasa puas dan sedikit enggan untuk kembali ke kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesibukan.
Tapi setidaknya, kami sudah menciptakan kenangan yang akan terus diingat, dan mungkin, suatu hari nanti, kami akan kembali lagi ke sini untuk mengulang pengalaman yang sama, atau bahkan mencari petualangan baru di tempat lain.***
Ananda Rizki
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University