Monday, 17 March 2025
HomeOpiniNekat lewat Jalur Ilegal, Gunung Marapi Kini Ditutup Permanen!

Nekat lewat Jalur Ilegal, Gunung Marapi Kini Ditutup Permanen!

Oleh: Novita Efliani, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB                                                                                        

Mendaki gunung merupakan suatu aktivitas yang banyak diminati oleh banyak kalangan, selain dapat menikmati keindahan alam tetapi juga dapat memberikan pengalaman baru yang menantang bagi para pendaki. Tapi sebelum melakukan pendakian banyak aturan aturan yang harus kita patuhi demi keselamatan dan kelestarian alam. Seperti yang sudah banyak dilansir di berbagai media mainstream diketahui bersama bahwa pada Minggu, 3 Desember 2023 telah terjadi erupsi Gunung Marapi di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), yang menyebabkan sebanyak 75 orang pendaki terjebak di atas gunung, diantaranya 52 orang selamat dan 23 orang meninggal dunia. Semenjak saat itu jalur pendakian Gunung Marapi ditutup sementara sampai dengan batas waktu yang belum bisa ditentukan. Namun meskipun telah ada larangan resmi, beberapa individu masih nekat melakukan pendakian secara ilegal.

Pada 19 Januari 2025, BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) mendapati tujuh pendaki liar dibantu dua masyarakat lokal menaiki Gunung Marapi lewat jalur ilegal yang saat ini gunung tersebut masih berstatus waspada atau level dua. Pada Minggu, 26 Januari 2025, BKSDA Sumbar mencatat sebanyak 9 orang pendaki melakukan pendakian berbahaya ke puncak Gunung Marapi.

Sehingga BKSDA Sumbar bersama Pemerintah Kabupaten Agam dan Tanah Datar sepakat menutup secara permanen pendakian Gunung Marapi. Kebijakan ini diambil usai viralnya kegiatan ilegal oleh para pendaki Gunung Marapi di Sumbar karena mereka memposting kecerobohannya di media sosial.

Hingga pihak BKSDA Sumbar meminta para pendaki untuk melakukan klarifikasi dalam waktu 3×24 jam sebelum dimasukan kedalam blacklist yang membuat para oknum tidak bisa menaiki gunung manapun. Kejadian ini menjadi peringatan bagi para pendaki dan semua pihak terkait mengenai pentingnya kepatuhan terhadap aturan yang telah dibuat.

Penutupan permanen jalur pendakian Gunung Marapi ini tentunya mendapat berbagai respon dari masyarakat, terutama dari kalangan pendaki dan pecinta alam. Beberapa kalangan menyayangkan keputusan tersebut karena mereka menilai bahwa pendakian gunung merupakan bagian dari hobi dan adanya experience tersendiri yang seharusnya tetap bisa diakses dengan pengawasan yang lebih ketat. Tapi di sisi lain, keputusan ini harus bisa dipahami untuk melindungi nyawa manusia serta keseimbangan ekosistem di sekitar gunung.

Keberanian para pendaki ilegal ini juga menunjukkan kurangnya kesadaran akan risiko dan kebijakan yang telah ditetapkan. Pemerintah menutup jalur pendakian ini juga bukan tanpa alasan.

Dengan status waspada atau level dua, gunung ini masih memiliki potensi untuk mengalami erupsi maupun aktivitas vulkanik yang membahayakan.

Oleh karena itu, keputusan untuk menutup jalur pendakian ini bukan hanya hukuman bagi para pelanggar, tetapi juga antisipasi untuk mencegah korban jiwa yang lebih banyak lagi.

Sikap yang tidak bertanggung jawab dari para pendaki ilegal ini juga mencerminkan kurangnya edukasi serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Selain tentang mencapai puncak, etika melakukan pendakian juga perlu diperhatikan seperti harus menghormati alam, mematuhi aturan, serta memastikan keselamatan diri dan orang lain.

Dengan adanya kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh pendaki agar memahami peraturan yang dibuat demi kepentingan bersama tanpa hanya mengikuti ego tersendiri.

Berdasarkan hal itu perlu adanya kolaborasi peran pemerintah serta organisasi pecinta alam memberikan edukasi kepada calon pendaki. Program pelatihan, seminar, pembekalan serta kampanye kesadaran tentang bahaya pendakian ilegal harus lebih ditingkatkan.

Dengan adanya program penyuluhan ini diharapkan para pendaki semakin sadar akan pentingnya menaati aturan yang ditetapkan Kedepannya, diharapkan adanya langkah-langkah konkrit dalam pengawasan dan penegakan aturan terkait pendakian gunung, tidak hanya di Gunung Marapi tetapi juga di gunung-gunung lainnya.

Selain itu, sosialisasi mengenai bahaya pendakian ilegal serta pentingnya konservasi alam perlu ditingkatkan. Kesadaran bersama dari para pendaki, pemerintah, serta masyarakat sekitar menjadi kunci utama dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keselamatan manusia.

Keputusan untuk menutup Gunung Marapi secara permanen memang terasa berat bagi sebagian pihak terutama para pendaki dan pecinta alam, tetapi ini adalah langkah yang perlu diambil demi keselamatan dan keberlanjutan lingkungan.

Semua pihak harus belajar dari kejadian ini dan mengambil sikap yang lebih bijak dalam menghargai serta melestarikan alam agar tragedi serupa tidak kembali terulang. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa aktivitas pendakian kedepannya dapat berlangsung dengan lebih aman dan bertanggung jawab.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here