Bogordaily.net – Mirza Irhas Khalifah seorang perantau dari desa hingga ke kota, Mirza lahir di Desa Pungguk Meranti, Kecamatan Ujan Mas, Kepahiang, Bengkulu, 1 Agustus 2002, anak kedua dari tiga bersaudara.
Sebelum menjadi asisten dosen di prodi Ekowisata, perjalanan pendidikan Mirza cukup panjang, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Keatas hingga jenjang Universtas, Mirza ber-sekolah di SD negeri 11 Rejang Lebong, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di SMP Kreatif Aisyiyah Jl. Kha Dahlan No.71, RT.09, Talang Rimbo Baru, Kec. Curup Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
Pada saat SMP Mirza layaknya anak-anak pada umumnya, bersekolah, bermain dan bersenang-senang, belum terpikir olehnya untuk menekuni di suatu bidang tertentu, hingga pada saat Mirza memasuki jenjang yang lebih tinggi, ia melanjutkan pendidikannya di SMA 04, Desa Teladan, Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Sejak SMA Mirza mulai menyukai bidang robotik, maka dari itu ia mengambil jurusan IPA untuk mendukung kesukaannya, tetapi hari demi hari Ketertarikan nya pada bidang robotik mulai berkurang, namun pada kelas 3 menjelang kelulusan ia mulai menyukai di bidang kehutanan seperti tumbuhan dan satwa.
Pada saat itu juga, Mirza mulai mengambil penjurusan biologi untuk menunjang ketertarikannya pada tumbuhan dan satwa, didukung dengan kondisi geografis tempat tinggalnya yang masih kaya akan tumbuhan dan satwa, makin meyakinkan Mirza pada bidang nya. Menjelang kelulusan Mirza dinyatakan sebagai siswa Eligible di sekolahnya, alhasil ia mendaftar SNMPTN pada tahun 2020 lalu, ia mendaftar jurusan KSHE IPB ( Konservasi Sumberdaya dan Hutan) selain itu Mirza juga mendaftar melalu jalur USMI ( Undungan Seleksi Masuk IPB) jurusan Ekowisata dan Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat.
Sayangnya Mirza tidak lulus dalam jalur SNMPTN tetapi ia berhasil lulus pada jalur USMI pilihan pertama yaitu Ekowisata. Disinilah awal mula kisah rantau Mirza. Pada awal semester 1 hingga 3 Mirza melaksanakan kuliah secara online dikarenakan pandemi covid pada saat itu, hingga pada semester 4 ia mulai merantau ke Kota bogor. Dengan modal tekad untuk menuntut ilmu dan juga semangat belajar, Mirza berhasil menyelesaikan pendidikan D4 nya,
Sebelum lulus Mirza menyempatkan diri nya sebagai Asisten Dosen di jurusan Ekowisata, ia memiliki ketertarikan dalam hal mengajar. Mirza juga memiliki pengalaman professional yaitu ia pernah menjadi Surveyor Insekta di PT Harita pada tahun 2024 yang lalu, di pulau Obi, maluku Utara. Ia bekerja sebagai pemantauan satwa, ia bersama lima orang temannya bekerja dalam bidang-bidang yang berbeda, ada yang bekerja dalam taksa mamalia, ada juga yang bekerja dalam taksa tumbuhan dan Mirza sendiri bekerja sebagai tenaga ahli dibidang taksa serangga sesuai dengan minat dan bakatnya.
Bisa di bilang Mirza memiliki keterampilan khusus di bidang serangga di bandingan dengan teman-temannya, walaupun program studi Ekowisata mempelajari semua hal terkait tumbuhan, ekosistem, budaya dan satwa, tetapi setiap mahasiswa memiliki keterampilannya di bidang masing masing. Mirza ditugaskan oleh PT Harita untuk memantau jenis-jenis serangga apa saja yang terdapat di pulau Obi.
Berdasarkan pengalaman dan minatnya terhadap serangga, Mirza memutuskan untuk menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi yang berjudul “Perencanaan Ekonomi Capung di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung” jadi penelitian ini membahas terkait inventarisasi dan mengindentifikasi jenis jenis capung yang terdapat di Pulau Belitung.
Mirza melakukan penelitian selama 2 bulan lamanya dan mendapatkan hasil bahwa terdapat 75 jenis capung dan dua diantaranya endemic Belitung, yaitu 2 jenis yang hanya ada di pulau Belitung yang memiliki nama ilmiah Amphicnemis Kuiperi dan Mortonagrion Appendicaulatum,
Berdasarkan data data yang ia dapatkan, penelitian tersebut fokus terhadap satu Pulau Bangka Belitung, jadi setiap kecamatan menyimpan data jenis-jenis capung dan dari data-data tersebut Mirza jadikan sebuah program yang Bernama Nangkapi Induk Aik di setiap kecamatannya, dan apabila kecamatan ingin mengimplementasikan hanya cukup bermodalkan keinginan saja, karena dari itinerary target biaya, dari waktu segala macam sudah dibuatkan oleh Mirza.
Hal ini juga menjadikan salah satu pengabdian Mirza ke Masyarakat setempat. Selain itu, semua yang ia lakukan tidak luput dari peran orang tua dan kakak tingkatnya semasa di perkuliahan, perjuangan orang tuanya dalam memberikan fasilitas untuk pendidikan Mirza sangatlah berarti bagi Mirza, selain orang tuanya, terdapat sosok kakak tingkat Mirza yang menuntun dalam ketertarikan Mirza di bidang satwa yaitu serangga, kakak tingkatnya menyarankan kepada Mirza untuk menekuni di bidang Satwa karena ia melihat bahwa Mirza memiliki minat dan keinginan untuk memperdalam bidang tersebut.
Setelah lulus kuliah ia ingin sekali bekerja di Kementerian Kehutanan, serta menjadi Polhud atau Surveyor serta ingin berinovasi membuat destinasi desa ekowisata, bukan pariwisata lagi, karena sekarang masyarakat lebih tau mengenali desa Ekowisata atau pariwisata berkelanjutan, ia berharap setiap desa di Indonesia memanfaatkan serta memaksimalkan SDM yang ada di desa tersebut dengan cara memberikan fasilitas yang dibutuhkan.
Mensejahterakan masyarakat juga menjadi hal yang sangat penting dalam inovasi tersebut, pemberdayaan budaya setempat juga harus dilakukan karena budaya dapat menarik para wisatwan untuk mengunjungi desa tertentu, cari hal yang menarik yang terdapat di desa yang ingin
berinovasi, bisa dari alam nya, satwanya, budayanya bahkan adatnya, karena jika suatu budaya sudah dikenal oleh semua orang, maka budaya tersebut akan mudah di lestarikan oleh generasi selanjutnya, hal ini juga menunjukan ke masyarakat luar bahwa masyarakat desa tersebut bangga dengan kebudayaan dan alam yang dimilikinya, selain menaikan kebudayaan setempat, inovasi desa ekowisata juga dapat menaikan perekonomian masyarakat desa tersebut, semakin banyak turis yang datang, semakin banyak juga lapangan pekerjaan yang tercipta, hal ini dapat mewujudkan kesejahteraan di masyarakat. Maka dari itu penerapan desa ekowisata atau pariwisata berkelanjutan harus diterapkan di seluruh desa di Indoensia.***
Ahmad Baihaqi Sufyan
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University
