Bogordaily.net – Bali selalu menjadi destinasi impian bagi banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara dan memiliki banyak cerita indah di dalamnya. Salah satu tempat yang tak boleh dilewatkan adalah Pura Uluwatu, sebuah kawasan di ujung selatan Pulau Dewata yang terkenal dengan tebing tinggi, ombak besar, dan keindahan matahari terbenamnya yang spektakuler.
Salah satu alasan utama banyak wisatawan datang ke Uluwatu adalah untuk menyaksikan matahari terbenamnya yang luar biasa indah. Dari tebing yang menjulang tinggi, pemandangan sunset di Uluwatu seakan menghadirkan magis tersendiri.
Langit yang perlahan berubah warna dari biru, jingga, hingga keemasan menciptakan suasana romantis yang sempurna. Tak heran jika menjelang senja, kawasan ini semakin ramai oleh wisatawan yang ingin mengabadikan momen istimewa tersebut.
Menurut sejarah, Pura Luhur Uluwatu didirikan oleh seorang tokoh penting dalam Agama Hindu bernama Mpu Kuturan pada abad ke-11. Pura ini diyakini sebagai tempat pemujaan Dewa Rudra, salah satu manifestasi Siwa dalam agama Hindu.
Selain itu, pura ini juga dikaitkan dengan perjalanan spiritual Dang Hyang Nirartha, seorang pendeta dari Jawa yang melakukan perjalanan suci ke Bali pada abad ke-16.
Beliau menghabiskan masa-masa terakhirnya di tempat ini sebelum moksa atau mencapai kesempurnaan spiritual. Maka dari itu, selain menjadi obyek wisata, Uluwatu digunakan sebagai tempat beribadah Umat Hindu yang membuatnya semakin indah.
Perjalanan menuju Uluwatu cukup menantang, terutama bagi wisatawan yang belum terbiasa dengan jalanan Bali. Dari pusat kota Denpasar atau Kuta, perjalanan menuju Uluwatu memakan waktu sekitar satu jam dengan kendaraan bermotor.
Jalan menuju kesana pum cukup berkelok dengan beberapa tanjakan dan turunan tajam, namun untuk kondisi jalannya terbilang baik. Meski lalu lintas tidak sepadat kawasan Seminyak atau Canggu, menjelang sore hari, terutama saat menjelang matahari tenggelam, jalanan mulai dipadati oleh kendaraan wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Uluwatu.
Sesampainya di Pura Luhur Uluwatu, pengunjung harus membeli tiket masuk terlebih dahulu. Menariknya, sistem antrian tiket masuk ke kawasan pura ini terpisah dengan tiket untuk menyaksikan pertunjukan Tari Kecak.
Bagi yang hanya ingin menikmati keindahan pura dan tebing Uluwatu, cukup membayar tiket masuk kawasan pura. Namun, jika ingin melihat Tari Kecak, harus membeli tiket tambahan. Hal ini membuat wisatawan perlu datang lebih awal jika ingin mengamankan tempat duduk untuk pertunjukan tari yang sangat diminati ini.
Tari Kecak yang menjadi salah satu daya tarik utama dari Uluwatu ini digelar menjelang matahari terbenam. Untuk menyaksikan pertunjukan ini, wisatawan harus membayar tiket masuk dengan harga sekitar Rp150.000 per orang.
Tiket ini dapat dibeli langsung di lokasi, tetapi karena peminatnya sangat banyak, disarankan untuk datang lebih awal agar mendapatkan tempat duduk yang strategis.
Tari Kecak di Uluwatu memiliki daya tarik yang berbeda dibandingkan pertunjukan Kecak di tempat lain. Perpaduan antara tarian tradisional dengan latar belakang tebing dan lautan membuat pertunjukan ini begitu magis.
Tari ini mengisahkan kisah Ramayana, di mana Hanoman membantu Rama menyelamatkan Sita dari cengkeraman Rahwana. Dengan iringan paduan suara pria yang terus meneriakkan “cak-cak-cak” secara ritmis, suasana semakin terasa mistis dan mendalam.
Ditambah lagi, saat pertunjukan berlangsung, langit mulai berubah warna karena matahari mulai terbenam, menciptakan pemandangan yang luar biasa. Selain itu, terdapat adegan yang menggunakan api sehingga menciptakan sensasi yang berbeda bagi para pengunjung.
Namun, ada beberapa peraturan yang perlu ditaati oleh pengunjung, seperti menggunakan kain yang sudah disediakan dan memperhatikan akan keberadaan monyet-monyet liar.
Mereka berkeliaran di sekitar pura dan cukup agresif terhadap barang-barang wisatawan. Tidak jarang, monyet-monyet ini mengambil kacamata, topi, atau bahkan ponsel dari tangan pengunjung yang lengah. Oleh karena itu, wisatawan dianjurkan untuk menyimpan barang berharga dengan baik dan berhati-hati saat berjalan di sekitar area pura.
Selain itu, para pengunjung diharapkan untuk terus waspada terhadap sekitar dikarenakan monyet-monyet tersebut bisa datang darimana saja.
Menjadikan Uluwatu sebagai destinasi wisata merupakan pilihan yang sangat tepat dan menjadikan pengalaman liburan yang tak terlupakan.
Semua daya tarik Uluwatu dapat menjadi cerita di masa yang akan mendatang dan membuat banyak turis ingin kembali ketika mengunjungi Bali.
Bagi siapapun yang berkunjung ke Pulau Dewata, Uluwatu adalah destinasi yang wajib ada dalam daftar perjalanan. Keindahan alam, budaya, dan sejarahnya berpadu sempurna, menciptakan kenangan yang tak akan sirna.***
Saffana Khalista Nurisnina