Bogordaily.net – Siang hari dipertengahan bulan Desember tahun 2023 lalu, saya dan ketiga teman saya berkunjung ke Gunung Mas Puncak Bogor, demi pemenuhan tugas Mata Kuliah Reportase. Saat itu masih musim Ujian Akhir Semester (UAS), namun karena jadwalnya yang berakhir sekitar pukul 09.00 pagi kami pun yakin untuk berkunjung ke Gunung Mas.
Sejujurnya, tugas kelompok saya dan satu teman saya sudah selesai dan tujuan saya mengikuti kedua teman yang lain adalah untuk healing sejenak di tengah banyaknya tugas akhir dan ujian yang merajalela.
Awal perjalanan dimulai dari teman saya yang pergi mengisi angin ban nya terlebih dahulu, karena kami pergi berempat kendaraan yang digunakan ada dua motor. Setelah, teman saya selesai mengisi angin ban kami pun memulai perjalanan ke arah Puncak, Bogor.
Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk mencapai pintu masuk Gunung Mas dengan diselingi beberapa titik kemacetan yang biasa dijumpai di Ciawi, Bogor akan tetapi, karena kami menggunakan sepeda motor kemacetan tersebut tidak terlalu mengganggu perjalanan.
Setibanya kami di pintu masuk, kedua motor langsung melenggang ke arah tempat parkir. Setelahnya, kedua teman saya yang memang ada urusan di Gunung Mas langsung mengerjakan tugasnya, yakni mewawancarai beberapa karyawan di Gunung Mas.
Selesai dengan tugas, kami pun langsung mengitari Gunung Mas untuk melihat keindahan alam di sana, ditambah pula dengan angin sejuk khas di Puncak membuat perjalanan kami seolah terbayarkan.
Mengambil beberapa foto dan video baik untuk kebutuhan tugas maupun pribadi kami lakukan selama satu setengah jam. Sudah puas melihat-lihat kami pun mantap untuk pulang, karena saya juga yang sebenarnya memiliki agenda lain dengan teman-teman Asistensi Kristen di siang hari.
Titik balik dari semua senyuman serta tawa kami akhirnya pun tiba. Panggil saja teman laki-laki saya sebagai ‘A’ lalu dua teman perempuan saya yang lainnya sebagai ‘B’ dan ‘C’. A adalah orang yang mengisi angin ban tepat sebelum berangkat dan ialah yang membawa motor sambil membonceng teman saya B.
Tepat setelah keluar dari pintu masuk Gunung Mas, belum ada 100 meter, tiba-tiba ban motor milik A kempes, sehingga kami langsung buru-buru mencari bengkel isi angin ban.
Sudah diisi ulang angin ban motor milik A, kami pun melanjutkan perjalanan tanpa adanya kecurigaan. Kami pikir hanya sedang tidak beruntung saja si A hari itu karena harus dua kali isi angin ban.
Saya yang dibonceng oleh teman saya, C dan melanjutkan perjalanan di depan motor A dan B. Tanpa rasa curiga kami jalan cukup lama, hingga tiba-tiba masuk telepon dari C ke gawai saya.
Awalnya, saya tidak sadar karena mematikan nada dering gawai selama perjalanan, akan tetapi ketika saya hendak melihat jam di layar gawai muncul beberapa notifikasi pesan dan telepon yang terlewat dari B. Rasa bingung muncul di benak saya, namun dengan pasti akhirnya C dan saya menghentikan laju motor dan mengangkat telepon tersebut.
Rasa curiga tersebut memang tidak meleset, karena benar saja lagi-lagi A harus menghentikan motornya karena ban nya yang kembali kempes.
Saya dan C pun memutar arah kembali ke tempat di mana A dan B berhenti, ternyata jarak yang ditempuh cukup jauh yang menunjukkan bahwa antara jarak A mengisi ulang angin ban tepat setelah keluar pintu masuk Gunung Mas dengan tempat ban nya kembali kempes tidak cukup jauh.
Setibanya saya dan C, kami sudah melihat A dan B yang tengah mendorong motor akhirnya dengan bantuan saya dan C kami dorong motor hingga menemukan bengkel.
Sesudah dicek oleh montir di sana, diketahui bahwa ban dalam motor A harus diganti, namun seolah-olah hari itu dipenuhi dengan kesialan bengkel tersebut tidak memiliki ban dalam.
Mau tidak mau akhirnya C dan satu montir di sana pergi mencari ban dalam. Saat itu, perjalanan yang kami kira hanya akan memakan waktu 30 menit menjadi dua jam lamanya.
Sedangkan, saya yang memang ada agenda lain harus menundanya dan mengirimkan pesan berupa permintaan maaf kepada teman saya yang lain.
Setelah cukup lama mengganti ban dalam, akhirnya saya pun mulai menyadari kejanggalan ini.
Karena bagaimana bisa dalam satu hari sudah ada dua kali teman saya A, mengisi angin ban dan satu kali mengganti ban dalam?
Mengingat-ingat beberapa nasehat orang tua dan berita di media massa, juga mencocokkan musim saya pun baru sadar mengenai berita rumor tentang pedagang licik yang menyebarkan benda tajam di jalanan, khususnya pada musim liburan untuk mendapatkan pelanggan.
Saat itu adalah bulan Desember pertengahan dan jumlah kendaraan yang lewat memang cukup padat, maka dari itu saya simpulkan bahwa kedua hal ini ada kaitannya, namun tidak pernah terlintas bahwa saya serta teman-teman akan menjadi korbannya.
Ban motor A yang sudah selesai diganti ban dalamnya membuat kami yakin bahwa tidak akan ada lagi kejadian yang sama, namun seolah saya serta teman-teman tengah ditertawai tidak ada jalan 50 meter kembali lagi kami ulang kisah lama.
Benar sekali, ban motor milik A lagi-lagi kempes dan untungnya jarak motor C dan saya dengan A dan B tidak jauh demi mewaspadai kejadian serupa kembali terjadi. Di siang hari itu, akhirnya kami dorong bersama motor A, untungnya tidak jauh dari sana kami temukan bengkel untuk mengisi angin ban motor A.
Sudah mulai muak akhirnya, saya sampaikan dugaan saya kepada teman-teman dan menyuruh A untuk lebih baik berjalan di tengah dan jangan ke pinggir untuk langkah preferentif. Selain itu, saya dan B bertukar jadi saya dibonceng oleh A dan B dibonceng oleh C.
Benar saja, sesudahnya tidak ada kejadian serupa lagi karena motor A yang selalu dijalankan di tengah, walaupun cukup beresiko namun kami tidak ingin mengulang terus menerus kejadian sama, yang awalnya kami kira akan sampai di kampus siang hari molor hingga sore hari ditambah pula dengan hujan karena akhir tahun di Bogor yang memang curah hujannya termasuk tinggi.
Mengucapkan salam perpisahan saya pun langsung berlari menuju tempat janji saya dengan teman Asistensi Kristen untuk meminta maaf dan mengikuti agenda.
Cerita ini saya beberkan kepada banyak orang karena kejadian yang sebenarnya cukup membuat kesal, namun jika diingat kembali agak konyol karena betapa absurd kejadian tersebut.
Teman saya, A yang juga akhirnya perlu merogoh kocek cukup dalam karena bolak-balik ke bengkel cukup membuat kami kasihan. Akhir kata, tetap waspada di mana pun kita membawa kendaraan khususnya di musim liburan.***
Happy Taranian Olifia
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB