Bogordaily.net – Sejak diluncurkan pada tahun 2006, Twitter telah berkembang menjadi salah satu platform media sosial terkemuka di dunia. Dengan fitur utamanya yang memungkinkan pengguna mengirim pesan singkat atau “tweet” hingga 280 karakter, platform ini menjadi sarana efektif untuk berbagi informasi secara cepat. Pada 2023, Twitter melakukan rebranding menjadi X, dengan tujuan memperluas fungsionalitasnya dan meningkatkan pengalaman pengguna (We Are Social, 2023).
Menurut laporan Digital 2023 Indonesia oleh We Are Social, jumlah pengguna aktif Twitter (X) di Indonesia mencapai 24 juta, mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa X semakin menjadi bagian integral dari kehidupan digital masyarakat Indonesia, terutama dalam menyampaikan opini dan mengakses informasi secara real-time (We Are Social, 2023).
Meskipun X menawarkan berbagai manfaat dalam hal komunikasi dan akses informasi, terdapat beberapa permasalahan yang muncul seiring dengan penggunaannya. Salah satunya adalah potensi penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks, yang dapat mempengaruhi opini publik secara negatif.
Sebuah studi oleh Maharani dan Astuti (2024) menunjukkan bahwa kecepatan penyebaran informasi di X sering kali mengalahkan verifikasi fakta, sehingga meningkatkan risiko misinformasi dalam komunitas digital (Maharani & Astuti, 2024).
Selain itu, interaksi yang terjadi di platform ini sering kali bersifat superficial dan dapat mengurangi kualitas komunikasi interpersonal. Menurut penelitian oleh Aldyssa dan Sary (2024), keterlibatan pengguna di X cenderung berfokus pada komentar singkat atau reaksi emosional dibandingkan diskusi mendalam.
Fenomena ini memperkuat “echo chamber”, di mana pengguna hanya terpapar pada perspektif yang mendukung pandangan mereka sendiri, menghambat keberagaman opini (Aldyssa & Sary, 2024).
Sejak rebranding menjadi X, platform ini telah mengalami berbagai inovasi untuk meningkatkan interaksi pengguna. Penambahan fitur seperti “Spaces” memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam diskusi audio secara real-time, sementara integrasi dengan layanan lain memperluas ekosistem platform.
Menurut data dari We Are Social (2023), Twitter/X tetap menjadi platform utama bagi kelompok tertentu, seperti aktivis, jurnalis, dan komunitas penggemar (fandom). Studi terbaru oleh Maharani dan Astuti (2024) menunjukkan bahwa pengguna X lebih aktif dalam menyebarkan informasi dibandingkan platform lain, menjadikannya sebagai sumber utama berita digital.
Namun, penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa algoritma X berkontribusi pada pembentukan opini berdasarkan tren yang muncul, bukan selalu berdasarkan kebenaran faktual (Maharani & Astuti, 2024).
X telah menjadi platform utama bagi masyarakat untuk menyampaikan opini dan pandangan mereka. Studi yang dilakukan oleh Aldyssa dan Sary (2024) menemukan bahwa terpaan media sosial melalui akun X tertentu dapat mempengaruhi perilaku konsumtif pengikutnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konten yang disajikan di X memiliki kekuatan untuk membentuk opini dan mempengaruhi keputusan pembelian pengguna (Aldyssa & Sary, 2024).
Selain itu, topik yang menjadi viral di X sering kali memicu diskusi publik yang luas. Contohnya adalah tren #PercumaLaporPolisi yang sempat viral di Indonesia pada tahun 2022, mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi tertentu.
Studi yang dilakukan oleh Maharani dan Astuti (2024) menunjukkan bahwa tren ini tidak hanya mencerminkan opini publik tetapi juga dapat memengaruhi kebijakan pemerintah atau respons lembaga tertentu terhadap isu yang diangkat di media sosial (Maharani & Astuti, 2024).
Dengan kemampuannya menyajikan informasi secara real-time, X telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi berita dan informasi. Menurut laporan We Are Social (2023), 55% pengguna X di Indonesia menggunakan platform ini sebagai sumber berita utama, mengalahkan media tradisional seperti televisi dan surat kabar.
Namun, kecepatan penyebaran informasi di X juga menimbulkan tantangan terkait akurasi dan validitas informasi yang diterima oleh pengguna. Studi oleh Maharani dan Astuti (2024) menemukan bahwa banyak pengguna X cenderung membagikan berita tanpa memverifikasi sumbernya terlebih dahulu, sehingga meningkatkan potensi penyebaran misinformasi.
Studi ini juga menyoroti bahwa X sering digunakan untuk mencari berita alternatif atau sudut pandang berbeda dibandingkan media arus utama, yang dapat berdampak pada polarisasi opini publik (Maharani & Astuti, 2024).
X telah membawa perubahan signifikan dalam interaksi sosial, konsumsi informasi, dan penyampaian opini masyarakat. Platform ini memfasilitasi komunikasi yang lebih cepat dan luas, memungkinkan individu untuk menyampaikan pendapat mereka kepada audiens yang lebih besar. Namun, tantangan seperti penyebaran informasi yang tidak akurat dan interaksi yang dangkal tetap menjadi perhatian.
Untuk memaksimalkan manfaat yang ditawarkan oleh X, pengguna perlu meningkatkan literasi digital mereka, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi kebenaran informasi dan berinteraksi secara lebih bermakna.
Selain itu, pengembang platform harus terus berinovasi untuk menyediakan fitur yang mendukung interaksi yang sehat dan penyebaran informasi yang akurat. Dengan pendekatan yang tepat, X memiliki potensi untuk terus menjadi alat yang berharga dalam membentuk dinamika sosial dan informasi di masyarakat.***
Larry Maxmilian
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University