Bogordaily.net – Women in Tech, sebuah frasa yang mungkin lebih familier terdengar di tahun 2020-an. Sebelumnya wanita dan teknologi dipandang sebagai suatu hal yang tidak dapat beriringan, pekerjaan memusingkan yang didominasi oleh laki-laki. Tapi tidak bagi, seorang Medhanita Dewi Renanti yang telah berkecimpung lama di field computer science.
Medhanita Dewi Renanti, lahir di Banyuwangi pada 12 Mei 1983 Saat ini beliau merupakan dosen yang juga menjabat seorang Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Vokasi IPB. Salah satu wanita yang berhasil mematahkan paradigma bahwa perempuan tidak dapat berkarir luas di dunia IT.
Ketertarikan pada Ilmu Komputer
Tidak pernah terbayang bagi Medha untuk berkecimpung di bidang IT. Sampai akhirnya ketika di masa SMA, beliau mengikuti pelajaran tambahan yang membuka pandangannya tentang ilmu komputer. Berkenalan dengan berbagai aplikasi dari Microsoft Office hingga games membuatnya penasaran hingga akhirnya jatuh cinta.
Walaupun pada mulanya tidak terlalu tertarik dengan ranah games, ia menyadari bahwa logika yang terdapat di Ilmu Komputer sangat menarik untuk dipelajari. Berangkat dari sana, beliau mantap melangkahkan kakinya lebih jauh untuk menyelami dunia komputer.
Kehidupan menjadi Mahasiswa
Menempuh pendidikan sarjananya di Universitas Gadjah Mada sebagai mahasiswa Ilmu Komputer, Medha melanjutkan pendidikan magisternya di Institut Pertanian Bogor dengan jurusan yang sama. Menjadi mahasiswa Ilmu Komputer yang melanjutkan studi di dua tempat yang berbeda tidak menjadi tantangan bagi Medha, menurutnya tempatnya mengampu pendidikan Ilmu Komputer sama-sama memiliki kurikulum yang tidak jauh berbeda. Hanya saja, culture yang ada di Jogja lebih kuat dengan adanya “unggah inggih”.
Selain fokus dalam menuntaskan pendidikannya, Medha dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam mengikuti organisasi di lingkungan prodi. Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer menjadi wadahnya untuk mengembangkan diri di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa.
Selama berkuliah pun Medha juga mencari tambahan uang jajan dengan menjadi tutor. Ia mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan program studinya, seperti Photoshop, aplikasi multimedia, Excel, dll. Di samping itu, Medha saat ini masih melanjutkan studi doktoralnya di Institut Pertanian Bogor dengan masih mengambil program studi yang sama.
Berkarir Sebagai Dosen
Bermula dengan memulai jenjang kehidupan baru sebagai seorang istri, Medha dihadapkan pilihan karir antara menjadi guru atau dosen. Setelah melalui berbagai pertimbangan, surat pinangan pun dilontarkan ke Institut Pertanian Bogor sebagai seorang dosen. Terhitung sejak tahun 2006 beliau sudah aktif mengajar.
Meskipun terkesan menjadi dosen hanya sebuah opsi, tetapi passion dalam mengajar sudah mengakar sejak lama. Medha ingat ketika masa sekolah dasar ia sering bermain dengan teman-temannya untuk melakukan role play sebagai guru.
Saat ini menjadi dosen menurutnya adalah panggilan hati. Dalam menjalaninya ia sangat bersyukur karena di sana ia dapat melakukan sesuatu yang ia sukai seperti, mengajar, membagikan ilmu serta pengalamannya. Tidak hanya itu, kepribadiannya sebagai seorang ekstrovert juga membuatnya gemar untuk berinteraksi dengan orang lain.
Saat ini, dengan posisinya sebagai Ketua Program Studi Teknologi Perangkat Lunak, Medha memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Jika sebelumnya fokusnya hanya pada mahasiswa yang diajarnya, kini ia juga harus memberikan perhatiannya ke banyak aspek. Mulai dari menjalin kerja sama dengan pihak eksternal hingga menyusun strategi dalam meningkatkan kompetensi dosen di program studi. Lokakarya menjadi salah satu wadah baginya untuk dapat tetap update mengetahui kebutuhan industri saat ini dengan berkomunikasi bersama alumni maupun praktisi.
Membagi Waktu di Tengah Kesibukan
Dengan berbagai kesibukannya, manajemen stress dan waktu adalah tantangan yang harus dihadapi. Menurut Medha, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan membuat hati serta pikiran tetap bahagia. Bagi dirinya, kebahagiaan adalah kunci utama untuk tetap produktif menjalankan pekerjaan.
Medha sendiri mengatakan bahwa dirinya adalah pribadi yang tidak dapat diam-diam saja, ia ingin terus berbuat sesuatu.
Hal ini sudah tercermin sejak beliau masih belia, ia aktif dalam mengikuti kegiatan seperti menari, silat, voli, basket, organisasi, hingga menjadi anggota paskibraka. Bahkan, ia juga pernah menjabat sebagai ketua drumband ketika sekolah.Walaupun dengan banyaknya kegiatan yang diikuti, Medha tetap dapat menyeimbangkan kehidupan akademiknya dengan tetap menempati peringkat atas.
Membuat skala prioritas adalah sesuatu yang harus dilakukan. Tidak hanya itu, ia juga menuturkan bahwa orang itu akan berkah waktunya dan ilmunya ketika menomor satukan sang Pencinta. Terlebih lagi, ketika ia menjadi seseorang yang bekerja di bidang IT dapat membawa keberkahan dalam hidupnya. Hal itu karena ia dapat berkontribusi dengan memudahkan pekerjaan orang lain yang kini bergeser pada kebutuhan digital, baginya ini adalah sebuah kesempatan untuk dapat menjalin hubungan sesama manusia yang lebih baik.
Terciptanya Madsaz
Medha kembali menemukan jalannya saat menghadapi fase baru dalam kehidupannya. Berangkat dari niat untuk datang ke seminar tumbuh kembang anak sebagai persiapan menjadi Ibu baru, ia malah mendapat ide baru dari salah satu narasumbernya yang merupakan seorang dokter bersertifikasi dari Australia dalam mengenal bahasa bayi.
Madsaz adalah aplikasi yang kemudian ia kembangkan hasil kolaborasi antara keilmuannya di bidang komputer dengan wawasan barunya tentang arti tangisan bayi. Aplikasi ini dibuatnya sebagai proyek akhir pendidikan magisternya dengan memanfaatkan teknologi machine learning. Selama proyek ini, Medha banyak melibatkan orang-orang terdekatnya untuk melakukan pengujian keakuratannya.
Madsaz juga merupakan aplikasi pertama karya anak bangsa yang membawakan konsep ini. Saat ini aplikasi ini telah diunduh oleh 176 negara dan mencapai lebih dari 358 ribu unduhan. Tidak hanya itu, Medha juga sedang melakukan pengembangan guna memperbaiki bug yang ada sehingga keakuratannya tidak menurun ketika terdapat noise di sekitarnya. Selain itu, Medha mengatakan bahwa akan ada aplikasi lain setelah Madsaz yang sedang ia rancanganya.
Kesibukan Lain yang Saat Ini Dijalani
Tidak melulu tentang dunia pendidikan, Medhanita Dewi Renanti, saat ini juga memiliki kesibukan sebagai pebisnis. Bahkan, jauh sebelum bergabung menjadi anggota UMKM Perhimpunan Penggerak Indonesia Sejahtera Kota Bogor beliau pernah menekuni bisnis kue coklat ketika masih berkuliah sarjana.
Bisnis kue coklat atau brownies ini tercipta karena kegemarannya dalam baking atau membuat kue. Walaupun sempat mencari-cari resep yang sesuai di internet, bisnis ini sukses membuat teman-temannya di Jogjakarta menjadi pelanggan tetapnya ketika itu karena rasa kuenya yang enak.
Pandangan Tentang Ilmu Komputer ke Depannya
Sebagai seseorang yang menempuh pendidikan di ilmu komputer, kemudahan yang ada saat ini dengan hadirnya artificial intelligence (AI) instant seperti Chat GPT harusnya dapat digunakan dengan penuh etika. Mahasiswa sebagai agent digital dapat memanfaatkan AI secara optimal dengan tidak hanya melakukan copy paste saja, tetapi juga melibatkan kinerja otak untuk mengasah diri.
Medhanita Dewi Renanti, juga mengakui industri kerjanya saat ini cukup riskan, dalam artian bahwa IT dapat menjadi pisau bermata dua. Kejadian peretasan-perbatasan yang terjadi memberikan gambaran bahwa etika dalam dunia teknologi sangat diutamakan karena dapat menyangkut etika, moral, dan hukum. Teknologi, terutama ilmu komputer, dapat memberikan manfaat kepada orang lain apabila dilakukan dengan cara yang bermoral sesuai dengan aturan yang sudah ada.***
Ayu Ardiyati Nurani Joyo Atmojo, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University