Friday, 9 May 2025
HomeOpiniKekerasan Terhadap Hewan di Kafe Dog Ministry Menandakan Minimnya Empati

Kekerasan Terhadap Hewan di Kafe Dog Ministry Menandakan Minimnya Empati

Bogordaily.net – Insiden pemukulan terhadap anjing bernama Oscar di Kafe Dog Ministry, Pluit, adalah bukti nyata betapa kurangnya empati sebagian orang terhadap hewan. Tidak heran jika publik, terutama para pecinta hewan merasa marah dan geram melihat kejadian ini.

Di sebuah kafe yang jelas-jelas merupakan cafe untuk para pecinta anjing, bagaimana bisa seseorang datang tetapi malah melakukan kekerasan dan menyakiti seekor anjing yang berada di sana?

Tindakan ini tidak hanya mencerminkan kurangnya rasa kasih sayang terhadap hewan, tetapi juga menunjukkan betapa minimnya empati terhadap hewan yang merupakan sesama makhluk hidup.

Logikanya, jika memang tidak menyukai anjing, mengapa Ia memilih datang ke tempat yang dipenuhi oleh anjing? Sudah jelas bahwa Kafe Dog Ministry bukan tempat makan biasa, melainkan sebuah kafe bertema yang mengharuskan pengunjungnya memiliki sikap baik terhadap keberadaan anjing di sekitar mereka.

Tempat itu seharusnya menjadi ruang aman bagi manusia yang suka berinteraksi dengan hewan dan juga anjing-anjing yang ada disana, tetapi pelaku justru bertindak kejam terhadap salah satu anjing disana. Tindakan pelaku bukan hanya salah secara moral dan norma, tetapi juga tidak masuk akal.

Para anjing yang ada Dog Ministry bukanlah anjing liar yang mengancam keselamatan manusia. Mereka dirawat dan dididik dengan baik, serta hidup dalam lingkungan yang dikontrol dan seharusnya dilindungi dari kekerasan.

Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun anjing-anjing tersebut berada di tempat yang aman, mereka tetap bisa menjadi korban kekejaman manusia yang minim empati dan tidak bertanggung jawab.

Sudah banyak kasus kekerasan terhadap hewan yang viral di media sosial, namun sayangnya tidak semuanya mendapatkan keadilan. Banyak pelaku yang lolos dari hukuman atau hanya mendapat sanksi ringan atas perbuatannya, sehingga kekerasan terhadap hewan terus terjadi tanpa adanya efek jera terhadap pelaku kekerasan.

Oleh karena itu, pelaku kekerasan terhadap hewan sudah sepatutnya untuk ditindak tegas dan diberikan hukuman yang setimpal karena hewan, sama seperti makhluk hidup lainnya.

Undang-Undang yang mengatur perlindungan hewan harus diterapkan secara serius agar kejadian seperti ini tidak terus berulang dan manusia tidak semena-mena lagi.

Penegakan hukum yang lebih ketat sangat diperlukan. Indonesia sebenarnya sudah memiliki undang-undang yang mengatur perlindungan hewan, namun implementasinya masih lemah.

Kasus seperti ini harus menjadi peringatan bagi pemerintah dan para penegak hukum bahwa perlindungan terhadap hewan bukanlah hal yang sepele. Hewan juga memiliki hak untuk hidup dengan aman, nyaman dan mendapatkan perlakuan yang layak.

Jika tindakan kekerasan terhadap hewan terus dibiarkan tanpa hukuman yang setimpal, maka tidak mungkin akan ada lebih banyak kasus serupa di masa depan.

Selain pemerintah dan para penegak hukum, masyarakat juga perlu memiliki kesadaran dan empati terhadap hewan-hewan yang hidupnya berdampingan dengan lingkungan mereka.

Sama seperti manusia, hewan juga memiliki perasaan dan bisa merasakan sakit, takut, serta stres saat diperlakukan dengan buruk. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa memperlakukan hewan dengan baik adalah bagian dari nilai kemanusiaan dan itulah hal yang memang sewajarnya harus dilakukan.

Kampanye dan sosialisasi mengenai perlindungan hewan harus lebih sering dilakukan dan disuarakan dilingkungan masyarakat melalui media sosial, maupun komunitas agar masyarakat lebih aware dengan isu-isu seperti ini.

Kasus Oscar ini seharusnya menjadi pengingat dan pembelajaran bagi semua pihak bahwa hewan bukanlah objek yang bisa diperlakukan sesuka hati.

Hewan merupakan sesama makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan hidup yang aman, sama seperti kita manusia.

Sebagai manusia yang memiliki akal dan empati, sudah sewajarnya kita menjaga dan melindungi mereka, selayaknya sesama makhluk hidup, bukan justru menyakiti.***

Intan Maharany Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here