Sunday, 4 May 2025
HomeBeritaFikri Khair Naqli: Menjadi Cahaya di Jalur yang Tak Terduga

Fikri Khair Naqli: Menjadi Cahaya di Jalur yang Tak Terduga

Bogordaily.net – Di tengah gemuruh dunia akademik yang dinamis, nama Fikri Khair Naqli hadir sebagai sosok muda yang memancarkan keteladanan. Ia bukan hanya seorang akademisi, namun juga seorang pengajar yang berusaha membumikan ilmu dengan penuh keikhlasan.

Sebagai asisten dosen di Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Sekolah Vokasi IPB University, Fikri membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk memberikan kontribusi nyata dalam dunia pendidikan.

Namun perjalanan Fikri bukanlah jalan mulus tanpa tantangan. Kisahnya adalah tentang dedikasi, pilihan, dan keberanian untuk mengejar makna hidup melalui pengabdian di bidang akademik.

Dalam dirinya, ilmu bukan sekadar pengetahuan, melainkan amanah yang harus disampaikan dengan adab dan tanggung jawab.
Fikri Khair Naqli lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang menanamkan pentingnya pendidikan sejak dini.

Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang tekun dan penuh rasa ingin tahu. Kecintaannya terhadap ilmu tumbuh bersama dengan kedisiplinan yang ditanamkan oleh orang tuanya.

Tak heran, ketika memasuki masa kuliah, Fikri memilih jalur pendidikan vokasi dengan keyakinan kuat bahwa ilmu terapan dapat menjadi bekal nyata untuk berkontribusi langsung dalam masyarakat.

Pilihan jatuh pada Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Sekolah Vokasi IPB University. Di sanalah ia mulai menemukan arah yang lebih pasti dalam hidupnya.

Menjadi bagian dari angkatan 57, Fikri tak hanya menjadi mahasiswa biasa. Ia dipercaya untuk mengemban amanah sebagai ketua angkatan, posisi yang tidak ringan namun ia jalani dengan penuh tanggung jawab.

Peran ini memberinya ruang untuk mengasah kepemimpinan, empati, serta kemampuan komunikasi dalam berbagai dinamika organisasi mahasiswa.

Kepemimpinannya dikenal inklusif dan tegas. Ia mampu menyatukan berbagai latar belakang teman-temannya dalam semangat kolektif untuk tumbuh bersama.

Bagi Fikri, menjadi pemimpin bukan tentang menunjuk arah, tapi berjalan bersama menuju tujuan yang sama.

Keaktifan Fikri di kampus tidak hanya terbatas dalam lingkup angkatan. Ia juga sering terlibat dalam kegiatan akademik dan non-akademik yang memperkaya pengalamannya.

Namun, minat utamanya tetap berada di dunia akademik. Ia menyadari bahwa panggilan hatinya adalah menjadi seorang pengajar, seseorang yang mampu membagikan ilmu dan membentuk karakter.

Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Vokasi IPB University, Fikri tidak lantas berpaling dari almamater tercintanya.

Ia kembali, bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai asisten dosen di program studi yang sama. Keputusan ini bukan sekadar pekerjaan, tapi wujud nyata dari kecintaannya terhadap dunia pendidikan.

Menjadi asisten dosen bukanlah tugas yang mudah. Di balik persiapan materi kuliah, bimbingan tugas mahasiswa, hingga evaluasi pembelajaran, ada komitmen besar untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Namun bagi Fikri, proses tersebut justru menjadi ruang untuk bertumbuh.

Dalam setiap kelas yang ia dampingi, Fikri berusaha menciptakan suasana belajar yang humanis dan dialogis.

Ia tidak ingin menjadi pengajar yang hanya menyampaikan materi, melainkan ingin menjadi fasilitator pembelajaran yang mampu menggugah semangat berpikir kritis mahasiswa.

Kecintaannya pada dunia mengajar tidak hanya ia salurkan di ruang kelas kampus.

Di luar jam kerja sebagai asisten dosen, Fikri juga membuka les privat di rumahnya, sebuah inisiatif pribadi yang ia mulai dengan sederhana namun penuh makna.

Bagi Fikri, berbagi ilmu tidak harus selalu melalui jalur formal. Selama ada niat untuk membantu orang lain memahami dan berkembang, di situlah pendidikan sejati terjadi.

Di ruang tamu rumahnya yang sederhana, ia menyulap suasana menjadi ruang diskusi hangat antara guru dan murid.

Ia tak hanya mengajar mata pelajaran teknis, tetapi juga sering menyelipkan nilai-nilai kehidupan, etika, dan motivasi untuk terus belajar.

Jika ditanya apa makna hidup bagi Fikri Khair Naqli, jawabannya sederhana namun dalam: tujuan. Ia percaya bahwa setiap manusia perlu memiliki tujuan yang menjadi arah langkah hidupnya.

Namun, ia juga sadar bahwa jalan menuju tujuan itu seringkali tidak lurus, bahkan kadang menyimpang jauh dari rencana awal.

“Selama tujuannya untuk bermanfaat bagi orang lain, maka tidak masalah jika jalannya berliku,” ungkapnya dalam sebuah sesi wawancara.

Pernyataan itu mencerminkan filosofi hidup Fikri yang matang. Ia tidak terjebak dalam kerangka idealisme sempit, melainkan fleksibel namun tetap berprinsip.

Jalan akademik yang ia tempuh saat ini mungkin bukan rencana awal, namun ia menjalaninya dengan sepenuh hati karena ia melihat ada manfaat besar yang bisa ia berikan di sana.

Satu hal yang selalu Fikri tekankan dalam setiap kesempatan mengajar adalah prinsip “adab sebelum ilmu.” Bagi dirinya, kecerdasan akademik tidak akan bermakna tanpa landasan akhlak yang kuat.

Ilmu yang tinggi tanpa adab justru bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya dan lingkungan sekitar.

Dalam interaksinya dengan mahasiswa, ia selalu menanamkan pentingnya sikap hormat, tanggung jawab, dan kesederhanaan. Ia percaya bahwa pengajar yang baik bukan hanya mentransfer ilmu, tapi juga menjadi teladan dalam bersikap.

Prinsip ini ia pegang teguh, bahkan dalam kehidupannya sehari-hari. Di dunia yang semakin pragmatis, Fikri tetap memegang teguh nilai-nilai moral sebagai fondasi setiap langkah.

Ia ingin menjadi sosok yang tidak hanya pintar, tapi juga benar—bukan hanya mengerti, tapi juga menghayati.

Meski telah mencapai berbagai hal di usia muda, Fikri tidak berhenti bermimpi. Ia ingin terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bukan demi gelar semata, melainkan demi memperkaya kapasitasnya sebagai pengajar.

Ia bermimpi bisa menjadi dosen tetap di perguruan tinggi, menyusun kurikulum, menulis buku ajar, dan terlibat aktif dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.

Namun lebih dari itu, ia ingin tetap membumi. Ia ingin menjadi pengajar yang tetap bisa menyapa murid secara personal, mendengar keluh kesah mereka, dan hadir sebagai sahabat belajar.

Fikri Khair Naqli adalah cerminan dari generasi muda yang menjadikan ilmu sebagai ladang pengabdian. Ia membuktikan bahwa menjadi bermanfaat tidak harus selalu lewat jalur yang megah atau sesuai rencana.

Terkadang, jalan sunyi yang penuh liku justru membawa kita pada makna hidup yang lebih sejati.

Di tengah dunia yang cepat dan penuh distraksi, sosok seperti Fikri hadir sebagai pengingat bahwa adab, keikhlasan, dan tujuan hidup adalah kunci untuk menjadi manusia yang utuh.

Ia bukan hanya mengajar, tapi juga membentuk generasi—dan di sanalah letak kekuatan sejatinya.***

Muhammad Zaki Ilham

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here