Bogordaily.net – Jalan Pagi Sejarah (Japas) ini sangat spesial, guidenya Walikota Bogor Dedie A Rachim.
Kota Bogor pagi itu seperti biasa, dingin, basah, dan penuh kenangan.
Tapi Sabtu kemarin 19 April 2024, suasananya berbeda. Ada yang menyusuri sejarah sambil menghirup udara pagi. Japas namanya — Jalan Pagi Sejarah.
Yang menarik: pemimpinnya langsung ikut jalan. Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim. Lengkap dengan sang istri, Yantie Rachim.
Rutenya tidak main-main. Mereka menyusuri bangunan-bangunan tua di kota ini: Balai Kota, bekas Kantor Bakorwil, Kapel Regina Pacis, Jembatan Sempur, menara telepon tua peninggalan Belanda, kios eks Saripetojo, sampai Rumah Dinas Wali Kota.
Lalu, seperti tak cukup dengan itu, Pak Wali menambahkan satu lagi: Hotel Salak. Tentu saja bersejarah juga.
Di setiap tempat, Wali Kota Dedie tak hanya diam-diam jalan. Ia menjelaskan. Dengan bahasa yang ringan. Kadang diselingi guyon.
Ia tidak mengaku ahli sejarah. Tapi yang ia tahu, ia ceritakan. Seperti saat di Balai Kota. Ia memperlihatkan ruang kerjanya.
Ia menunjukkan ruang-ruang dengan nama-nama khas Sunda kuno: Paseban Sri Baduga, Paseban Suradipati, dan seterusnya.
“Itu nama-nama dari zaman Pakuan Pajajaran. Kami pakai kembali untuk menghormati sejarah,” katanya.
Di Hotel Salak pun begitu. Ia tahu asal-usulnya. Termasuk bahwa dulu tempat itu adalah lokasi istirahat para gubernur jenderal Belanda. Seperti semacam istana musim panas.
Ia bercerita juga pernah ke Museum Leiden di Belanda untuk mencari jejak-jejak sejarah Bogor — atau yang dulu disebut Buitenzorg.
Lalu rombongan diajak masuk ke Kampung Tematik Sempur. Berhenti sejenak di dekat jembatan kecil.
Di situ, Pak Wali bercerita tentang buah sempur — yang jadi nama kampung itu. Katanya pohonnya masih ada. Langka memang. Tapi eksotis.
Menurut dia, sejarah adalah jiwa dari sebuah kota. Kota tanpa sejarah, katanya, seperti raga tanpa ruh.
“Kota ini dulunya memang dibangun untuk menopang aktivitas pemerintahan kolonial. Makanya banyak bangunan tua yang dulunya punya fungsi penting.”
Yang paling kaget mungkin Jhonny Pinot. Ia inisiator Japas, dewan redaksi bogordaily.net sekaligus konten kreator, dan “penjelajah” bangunan tua sejak 2002.
Awalnya ia kira Wali Kota hanya akan ikut sampai Kapel Regina Pacis. Tapi ternyata, rutenya justru dipanjangkan. Sampai ke Rumah Dinas.
“Beliau ternyata paham sejarah. Di luar ekspektasi,” ujar Jhonny, yang mengaku ide Japas lahir dari followers-nya sendiri.
Konsep Japas memang unik. Jalan pagi, dapat pengetahuan sejarah, lalu ditutup dengan wisata kuliner.
Hari itu, rutenya berakhir di Apple Pie dan Macaroni Panggang. Klasik Bogor banget.
Ada yang bilang, cara terbaik mencintai kota adalah dengan berjalan kaki melintasi jejak sejarahnya. Wali Kota Bogor sudah memberi contoh.***