Thursday, 24 April 2025
HomeTravellingDari Alam Nan Subur, Menembus Malam yang Kabur, Hingga Ilmu yang Tak...

Dari Alam Nan Subur, Menembus Malam yang Kabur, Hingga Ilmu yang Tak Luntur

Bogordaily.net – Pagi yang cerah menandai awal perjalanan saya menuju Banten, uamh memiliki Alam Nan Subur. Tepat pukul 10 pagi, saya memulai perjalanan melalui jalur Cibanteng dan Citorek, jalur yang dikenal dengan keindahan alamnya yang masih asri.

Udara sejuk menyelimuti, memberikan sensasi menyegarkan sejak awal perjalanan. Di sepanjang jalan hamparan alam nan subur, memanjakan penglihatan. Mata saya dimanjakan oleh pemandangan kebun-kebun luas yang menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, sayur-sayuran, serta cabai segar yang tumbuh dengan subur.

Warna-warna cerah dari hasil bumi yang ranum menciptakan kontras indah dengan hijaunya dedaunan. Para petani tampak sibuk merawat tanaman mereka, sebagian lagi tengah memanen hasil kerja kerasnya.

Perjalanan terus berlanjut melewati lahan pertanian yang luas. Di kejauhan, hamparan padi yang menguning tampak begitu indah, seolah menjadi lautan emas yang berkilau di bawah sinar matahari.

Angin yang berhembus pelan membuat bulir-bulir padi bergoyang lembut, menciptakan irama alam yang menenangkan. Sesekali, burung-burung kecil terbang rendah, mencari makan di sela-sela tanaman padi.

Pemandangan ini sungguh menakjubkan, membuktikan bahwa Nusantara memang dianugerahi kekayaan alam nan subur, sungguh hal yang luar biasa.

Saya merasa beruntung bisa menyaksikan sendiri betapa suburnya tanah air ini, di mana segala sesuatu tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

Menjelang sore, saya terus menikmati perjalanan, mengabadikan beberapa momen dengan kamera untuk mengenang betapa indahnya perjalanan ini.

Matahari mulai condong ke barat, memberikan semburat jingga yang menambah keindahan langit.

Setelah puas menikmati pesona alam Banten, saya bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju Sukabumi pada malam harinya.

Saat matahari tenggelam dan langit berubah menjadi gelap, perjalanan menuju Sukabumi terasa berbeda.

Jalanan mulai sepi, dan rute yang dilalui kini semakin menantang. Kami melewati hutan yang gelap dan lebat, dengan pohon-pohon besar yang berdiri tegak di kedua sisi jalan.

Cahaya kendaraan menjadi satu-satunya penerang di tengah pekatnya malam. Suasana yang awalnya terasa tenang berubah menjadi sedikit menyeramkan.

Bayangan pepohonan yang rimbun menciptakan ilusi seolah-olah ada sosok-sosok yang mengintai dari balik semak-semak.

Suara angin yang berhembus kencang, sesekali disertai suara hewan malam, semakin menambah kesan mistis.

Dalam perjalanan ini, saya menyadari betapa alam memiliki dua sisi: di siang hari, ia menunjukkan keindahannya, tetapi di malam hari, ia dapat berubah menjadi sesuatu yang penuh misteri.

Meski demikian, perjalanan tetap berlanjut, hingga akhirnya sekitar pukul 4 pagi, saya tiba di Tajur untuk mengunjungi SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi).

Meski rasa lelah mulai terasa, saya tetap bersemangat untuk belajar. Di SPPG, saya dan beberapa teman berkesempatan untuk mendalami lebih lanjut tentang program MBG (Makan Bergizi Gratis), sebuah inisiatif yang bertujuan menyediakan makanan sehat bagi masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan.

Kami belajar banyak tentang regulasi yang diterapkan dalam program ini, termasuk bagaimana memastikan setiap makanan yang disediakan memenuhi standar gizi yang baik dan tetap higienis.

Para petugas SPPG dengan ramah menjelaskan bagaimana mereka memastikan bahwa makanan yang disalurkan tidak hanya bergizi tetapi juga aman dikonsumsi.

Mereka menunjukkan proses pengecekan kualitas bahan makanan, teknik penyimpanan yang benar, hingga cara pendistribusiannya.

Saya merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya asupan gizi yang tepat dan bagaimana program ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas.

Yang membuat saya semakin kagum adalah bagaimana program MBG ini bukan hanya membantu masyarakat mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga berdampak besar bagi perekonomian desa.

Program ini membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Mulai dari petani yang menanam dan merawat hasil panennya, hingga pekerja yang bertugas mengolah dan mendistribusikan makanan ke berbagai tempat.

Saya berbincang dengan salah satu petugas yang menjelaskan bagaimana program ini menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang.

Dengan meningkatnya permintaan bahan makanan yang berkualitas, petani semakin bersemangat untuk menanam dan menghasilkan panen yang lebih baik.

Hasil panen mereka tidak hanya dijual ke pasar, tetapi juga diserap oleh program MBG untuk diolah menjadi makanan sehat bagi masyarakat.

Selain itu, program ini juga membuka peluang kerja bagi masyarakat desa yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi makanan.

Banyak ibu rumah tangga yang kini memiliki penghasilan tambahan dengan bekerja di dapur pengolahan makanan MBG, memastikan bahwa setiap makanan yang disiapkan tetap higienis dan sesuai standar gizi.

Bahkan, ada juga pemuda desa yang mendapatkan pekerjaan sebagai kurir, mengantarkan makanan ke berbagai titik distribusi.

Mendengar cerita ini, saya merasa bahwa MBG bukan hanya tentang memberi makan orang-orang yang membutuhkan, tetapi juga tentang membangun ekonomi desa yang lebih
mandiri.

Program ini membuktikan bahwa dengan manajemen yang baik, sebuah inisiatif sosial dapat sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi lokal.

Setelah sesi belajar yang cukup padat, perjalanan kembali ke Bogor pun dimulai. Saat itu, langit mulai menunjukkan tanda-tanda pergantian waktu.

Perlahan, semburat cahaya pagi mulai terlihat di ufuk timur, menggantikan pekatnya malam. Udara pagi terasa sejuk, memberikan energi baru setelah perjalanan panjang yang melelahkan.

Tepat pukul 07.00 pagi, saya akhirnya tiba di kos dengan tubuh yang sangat lelah, tetapi hati penuh kepuasan.

Perjalanan ini bukan hanya sekadar perjalanan biasa, tetapi sebuah pengalaman yang memberikan banyak pelajaran berharga.

Dari keindahan alam yang luar biasa di Banten, sensasi melewati hutan gelap yang menyeramkan, hingga sesi pembelajaran di SPPG yang membuka wawasan baru tentang pentingnya gizi dan kesehatan, semuanya menjadi bagian dari perjalanan yang tak akan terlupakan.

Pengalaman ini membuat saya semakin menyadari betapa luas dan kayanya negeri ini, baik dari segi alam maupun ilmu yang bisa digali.

Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali melakukan perjalanan serupa, menjelajahi tempat-tempat baru, dan terus belajar dari setiap langkah yang saya lalui.

Program seperti MBG ini membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat bisa dicapai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, petani, dan masyarakat lokal. Semoga semakin banyak program serupa yang dapat membawa manfaat luas bagi negeri ini.***

Ahmad Fadhil Abiyyu
Mahasiwa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here