Friday, 25 April 2025
HomeBeritaStrategi Komunikasi Yang Memanfaatkan Fenomena FOMO Oleh Brand

Strategi Komunikasi Yang Memanfaatkan Fenomena FOMO Oleh Brand

Bogordaily.net – Diera digital yang semakin berkembang pesat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya membawa banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi, komunikasi tanpa batas, serta peluang untuk membangun jejaring sosial dan bisnis. Namun, di balik kemudahan tersebut, media sosial juga menciptakan fenomena psikologis yang dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out), yaitu ketakutan akan kehilangan atau ketinggalan suatu pengalaman yang menarik atau penting.
Media sosial memungkinkan seseorang untuk hanya membagikan momen-momen terbaik dalam hidup mereka, menciptakan ilusi bahwa hidup mereka sempurna dan penuh kebahagiaan. Hal ini membuat orang lain merasa kurang atau tertinggal karena membandingkan kehidupan nyata mereka dengan versi terbaik dari kehidupan orang lain. Dengan notifikasi yang terus muncul dan algoritma yang didesain untuk menarik perhatian, pengguna media sosial merasa perlu selalu memeriksa dan mengikuti perkembangan terbaru.
Apa Itu FOMO?
Definisi Fear of Missing Out (FOMO)
Fomo adalah sebuah perasaan takut tertinggal, cemas, ataupun tidak nyaman yang timbul jika terjadi suatu peristiwa, tren, pengalaman, acara tanpa keikutsertaan mereka didalamnya. Perasaan seperti ini diperbesar dengan adanya media sosial disekitar kita. Dimana semua orang memperlihatkan unggahan tentang liburan, acara, gaya hidup ataupun momen – momen lainnya yang menyebabkan orang ingin melakukan hal yang serupa.
Faktor yang Memicu FOMO
Banyak sekali faktor yang menyebabkan Fear Of Missing Out Atau FOMO ini terjadi yaitu keterbukaan informasi, penggunaan media sosial yang berlebihan, perbandingan sosial, kebutuhan untuk diterima secara sosial, usia, budaya yang kompetitif, serta kondisi deprivasi relatif. Hal – hal tersebut yang mengakibatkan maraknya perasaan FOMO pada masyarakat.
Menjadikan masyarakat mengonsumsi suatu barang ataupun jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh mereka, hanya karena gengsi dan status sosial yang membuat mereka melakukan akan suatu hal. Tetapi hal ini membuat brand ataupun perusahaan meraup keuntungan yang cukup banyak.
Hubungan Antara Masyarakat Yang Mengalami FOMO Dengan Brand 
Perilaku Konsumen yang Dipengaruhi FOMO
Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh perasaan FOMO sangat terlihat karena mereka hanya memikirkan perasaan mereka tanpa memikirkan kebutuhan mereka sendiri. Beberapa perilakunya yaitu mengikuti tren tanpa pertimbangan, pembelian yang impulsif, konsumsi yang berlebihan, dan juga keputusan pembelian berdasarkan popularitas.
Brand Sebagai Pemicu FOMO
Selain dari diri sendiri, ada hal juga yang dilakukan dari suatu brand yang menyebabkan perasaan fomo itu muncul dimasyarakat. Banyak sekali strategi komunikasi yang dilakukan oleh sebuah brand untuk meningkatkan keuntungan mereka dengan fenomena FOMO dimasyarakat ini. Hal ini menjadikan dampak positif bagi suatu brand dan menjadi dampak negatif bagi masyarakat yang turut merasakan perasaan FOMO.
Strategi Komunikasi yang digunakan Pada Fenomena FOMO oleh Brand
Banyak sekali brand yang memanfaatkan fenomena FOMO ini, banyak sekali strategi marketin ataupun strategi komunikasi yang mereka gunakan untuk meningkatkan keuntungan bagi mereka. Beberapa strategi komunikasi yang mereka lakukan yaitu :
– Penawaran dengan Waktu Terbatas
Brand seringkali menggunakan strategi seperti flash sale, diskon 24 jam, atau pre-order eksklusif untuk menciptakan rasa urgensi. Konsumen merasa harus segera membeli sebelum kesempatan itu hilang.
– Produk Edisi Terbatas (Limited Edition)
Dengan membatasi jumlah produk yang tersedia, brand membuat konsumen merasa harus segera membeli agar tidak kehilangan kesempatan.
– Strategi Influencer dan Endorsement
Brand bekerja sama dengan influencer untuk menciptakan tren yang membuat audiens ingin ikut serta agar tidak tertinggal. Ketika selebriti atau influencer membagikan produk tertentu, pengikut mereka merasa harus memiliki hal yang sama.
– Menampilkan Bukti Sosial (Social Proof)
Review, testimoni, dan jumlah pembeli yang tinggi memberikan kesan bahwa produk tersebut sangat dicari, sehingga konsumen merasa takut tertinggal.
– Menggunakan Countdown Timer di Website
Banyak situs e-commerce memasang timer hitung mundur untuk penawaran khusus, yang secara psikologis mendorong pembeli untuk bertindak cepat sebelum kehabisan
– Eksklusivitas dan Undangan Khusus
Beberapa brand menciptakan kesan eksklusivitas dengan sistem undangan atau akses terbatas untuk meningkatkan nilai suatu produk.
– Menggunakan Tren dan Viral Marketing
Brand memanfaatkan tren media sosial dan tantangan viral (challenge) agar audiens merasa harus ikut serta dalam tren tersebut.
Dampak FOMO bagi Brand 
Dampak Positif FOMO Bagi Brand
– Meningkatkan Penjualan: Strategi pemasaran yang memanfaatkan FOMO, seperti penawaran dengan waktu terbatas atau produk edisi khusus, dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian segera guna menghindari rasa ketinggalan.
– Meningkatkan Kesadaran Merek (Brand Awareness): Ketika konsumen merasa takut ketinggalan tren, mereka cenderung lebih memperhatikan dan membicarakan produk atau layanan yang ditawarkan, sehingga meningkatkan eksposur dan kesadaran terhadap merek.
– Membangun Loyalitas Pelanggan: Dengan menciptakan pengalaman eksklusif atau menawarkan produk terbatas, merek dapat membuat pelanggan merasa istimewa, yang pada gilirannya meningkatkan loyalitas mereka terhadap merek tersebut
Dampak Negatif FOMO Bagi Brand
– Persepsi Manipulatif: Jika strategi FOMO digunakan secara berlebihan atau tidak etis, konsumen mungkin merasa dimanipulasi, yang dapat merusak citra merek dan menurunkan kepercayaan pelanggan
– Kepuasan Pelanggan yang Menurun: Konsumen yang melakukan pembelian karena tekanan FOMO mungkin merasa tidak puas setelahnya, terutama jika produk atau layanan tidak memenuhi harapan mereka, yang dapat menyebabkan penurunan loyalitas pelanggan.
– Ketergantungan pada Taktik Jangka Pendek: Mengandalkan strategi FOMO secara terus-menerus dapat membuat merek terjebak dalam siklus promosi jangka pendek, yang mungkin tidak berkelanjutan dan dapat mengabaikan pembangunan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Kesimpulan
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumen dan strategi pemasaran sebuah brand. Dengan memanfaatkan FOMO, brand dapat meningkatkan penjualan, membangun loyalitas pelanggan, dan memperkuat kesadaran merek melalui strategi pemasaran yang menekankan eksklusivitas, keterbatasan waktu, serta penggunaan media sosial dan influencer.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik, FOMO juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti menurunnya kepuasan pelanggan, persepsi bahwa brand bersikap manipulatif, serta ketergantungan pada strategi pemasaran jangka pendek yang tidak berkelanjutan.
Oleh karena itu, penting bagi brand untuk menggunakan strategi FOMO secara etis dan seimbang, memastikan bahwa produk dan layanan yang ditawarkan benar-benar memberikan nilai bagi konsumen.
Sementara bagi konsumen, kesadaran akan taktik FOMO dapat membantu mereka membuat keputusan pembelian yang lebih rasional dan tidak impulsif. Pada akhirnya, FOMO dapat menjadi alat pemasaran yang sangat efektif jika diterapkan dengan strategi yang tepat dan tetap menjaga kepercayaan pelanggan.***
 Tubagus Ahmad Naufal Mubarok

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here