Bogordaily.net – Mafia Bola Inisial j dan P di PSSI heboh. Dugaan praktik mafia bola kembali menodai wajah sepak bola nasional.
Kali ini, tudingan tak main-main datang dari anggota DPR RI yang juga penasihat klub Semen Padang FC, Andre Rosiade.
Ia menyeret dua inisial yang disebut-sebut jadi aktor penting dalam dugaan pengaturan skor dan keputusan kontroversial di Liga 1 Indonesia: I dan P.
Dalam unggahan di akun Instagram-nya, Selasa, 6 Mei 2025, Andre membuka kotak Pandora. Ia menyebut masih ada “operator mafia” di tubuh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
“Hampir semua elite PSSI tahu ini,” tulis Andre. “Ditunggu aksi bersih-bersihnya Pak Erick Thohir.”
Andre tak sekadar menggugah opini. Ia mendesak Ketua Umum PSSI Erick Thohir untuk turun tangan.
Tak hanya Erick, staf khususnya, Arya Sinulingga, ikut disentil. Arya, kata Andre, adalah salah satu korban dari sepak terjang mafia bola, karena klub miliknya kerap menjadi pihak yang dirugikan dalam pertandingan.
Pernyataan Andre memicu gelombang spekulasi. Sosok berinisial J dan P kini jadi buruan publik.
Kolom komentar media sosial dipenuhi dugaan identitas keduanya, namun hingga kini belum ada klarifikasi dari pihak PSSI.
Kepada wartawan, Andre mengungkap dua laga yang mencurigakan.
Pertama, pertandingan antara PSS Sleman melawan PSM Makassar. Kedua, laga Semen Padang kontra PSIS Semarang.
Kedua pertandingan itu dipimpin oleh wasit yang sama dan, menurut Andre, hasilnya menimbulkan kekecewaan mendalam dari dua tim.
“Dua pertandingan ini bikin Semen Padang dan PSM kecewa dan protes,” kata Andre.
Kritiknya tak berhenti di situ. Andre sempat menyambangi kantor PT Liga Indonesia Baru (LIB), operator kompetisi, untuk menuntut penggunaan wasit asing di laga-laga krusial.
Ia juga menyerukan agar teknologi VAR tak menjadi alat pembenaran pengaturan hasil pertandingan.
“VAR itu digunakan untuk memberantas mafia. Jangan sampai VAR jadi mafia baru,” tegasnya.
Sorotan Andre terhadap mafia bola inisial j dan P menambah daftar panjang tudingan pengaturan skor yang tak kunjung usai.
Setiap musim, aroma busuk itu kembali tercium, terutama saat tim-tim papan bawah berjuang menghindari degradasi. “Pertarungan selamat dari degradasi ini jauh lebih dahsyat dari juara,” ujar Andre.
Dugaan mafia bola inisial j dan P mungkin belum terbukti, tetapi riaknya sudah terasa.
Dan, jika tudingan ini benar, maka sepak bola Indonesia menghadapi ancaman yang lebih besar dari sekadar kekalahan di lapangan: matinya kepercayaan publik.***